Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sengketa Laut China Selatan Perlu Solusi Multilateral

Kompas.com - 11/12/2012, 03:39 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dinilai punya peran besar dalam memengaruhi dan menghadirkan perdamaian di kawasan Asia Tenggara.

Peran besar itu sangat diperlukan saat negara-negara di kawasan tersebut tengah menghadapi masalah, seperti sengketa kawasan di Laut China Selatan.

Pernyataan itu disampaikan Duta Besar Uni Eropa (UE) untuk Indonesia, Brunei, dan ASEAN Julian Wilson, Senin (10/12).

Wilson berbicara dalam seminar ”Peran Organisasi Kawasan dalam Mempromosikan Perdamaian” yang digelar dalam rangka merayakan Hadiah Nobel Perdamaian 2012 bagi UE.

”Saat Eropa dahulu mengalami bipolarisasi (kekuatan), yang terjadi kemudian adalah Perang Dunia II. Sayangnya, yang namanya bipolarisasi hanya menghasilkan masalah dan sama sekali tak ada urusannya dengan negara-negara kecil,” ujar Wilson.

Untuk itu, lanjut dia, seluruh negara anggota ASEAN bisa membangun satu suara bersama yang berpengaruh dalam menghadapi pengaruh negara-negara besar.

Menurut Wilson, Uni Eropa bisa membantu ASEAN dalam konteks pengalaman organisasi mengupayakan solusi multilateral.

Solusi tersebut dilakukan Uni Eropa dalam upaya menyelesaikan sejumlah masalah, seperti masalah akses dan keamanan maritim antaranggota UE di masa lalu.

Seperti diwartakan, selama ini banyak kalangan meyakini isu sengketa Laut China Selatan dipengaruhi proses pencarian keseimbangan geopolitik baru di antara negara-negara kekuatan utama di dunia.

”Pendekatan multilateralisme cenderung akan membawa Anda pada upaya mencari kompromi, bernegosiasi, dengan mendengarkan banyak pendapat dari banyak pemain lain,” ujar Wilson.

Solusi multilateralisme, lanjut Wilson, akan menghasilkan pendapat dan posisi bersama untuk kemudian juga disuarakan secara bersama-sama keluar.

Dengan begitu ASEAN dapat membuat pihak lain mendengarkan dan bersedia memperhatikan keinginan mereka.

Pembicara lain dalam seminar itu adalah peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), CPF Luhulima. Dia menyebut dua kekuatan utama dunia saat ini, AS dan China, telah menerima sentralitas ASEAN sebagai bagian dari kepentingan strategis mereka.

”Saat ini ASEAN memang ditantang untuk bisa mempertahankan sentralitasnya, terutama dalam persoalan sengketa di Laut China Selatan,” ujar Luhulima.

Namun, Luhulima juga mengaku prihatin dengan kondisi ASEAN sekarang, yang menurut dia kekurangan figur kepemimpinan yang kuat.

”Sekarang masalahnya ada tidak figur pemimpin yang mampu mengajak semua negara anggota solider menghadapi masalah. Masalahnya di leadership,” tutur Luhulima. (DWA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com