Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah Selatan, Kini ke Filipina Utara

Kompas.com - 10/12/2012, 03:19 WIB

New Bataan, Minggu - Filipina, hingga Minggu (9/12) malam, bersiap menerima kembali terjangan topan Bopha di bagian utara negeri itu. Ini hanya berselang lima hari setelah topan tersebut meluluhlantakkan sebagian wilayah Filipina selatan.

Biro Cuaca Filipina mengeluarkan peringatan ancaman topan yang akan menerjang beberapa provinsi di Pulau Luzon. Meski kekuatannya sudah jauh berkurang dengan kecepatan angin hanya sekitar 55 kilometer per jam, topan tersebut masih dikhawatirkan membawa hujan deras yang bisa memicu banjir dan tanah longsor.

Topan Bopha pertama kali menghantam daratan Filipina, Selasa pekan lalu, dengan kekuatan lebih besar dari topan Sandy yang merusak sebagian kawasan pantai timur Amerika Serikat pada Oktober. Hingga Minggu, sedikitnya 662 orang dilaporkan tewas akibat topan Bopha.

Sementara itu, akibat bencana ini di Filipina, jumlah orang hilang melonjak jadi sedikitnya 900 orang setelah keluarga dan perusahaan penangkapan ikan melaporkan kehilangan kontak dengan sekitar 300 nelayan.

Menurut laporan pejabat setempat, Minggu, ratusan nelayan tersebut berangkat melaut dari sejumlah tempat, seperti kota General Santos di bagian selatan dan kota-kota di Provinsi Sarangani, beberapa hari sebelum topan menerjang.

”Para nelayan yang diduga hilang itu berlayar menuju Kepulauan Spratly di Laut China Selatan dan ke Samudra Pasifik. Sudah sepekan ini kontak dengan mereka terputus. Kami telah menyatakan mereka sebagai orang hilang,” ujar Kepala Pertahanan Sipil Filipina Benito Ramos.

Ramos menambahkan, ada kemungkinan sebagian dari mereka selamat lalu berlabuh dan berlindung di pulau-pulau kecil yang ada di perairan itu.

Petugas penyelamat terus mencari korban. Sedikitnya 400.000 orang, kebanyakan warga Provinsi Compostela Valley dan Provinsi Davao Oriental, kehilangan tempat tinggal. Presiden Filipina Benigno Aquino III telah mengumumkan status bencana nasional pada Jumat pekan lalu. (REUTERS/AP/DWA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com