RAMALLAH, KOMPAS.com - Lima ribu warga Ramallah, Tepi Barat, memadati lapangan dekat kantor presiden, Minggu (2/12). Mereka menyambut Presiden Mahmoud Abbas bagai pahlawan saat dia tiba setelah berhasil memperjuangkan status ”negara peninjau non-anggota” bagi Palestina dalam Sidang Majelis Umum PBB.
Massa melambaikan bendera Palestina dan menaikkan balon hitam, putih, hijau, dan merah sesuai warna bendera nasional. Mereka juga mengusung gambar Abbas di jalanan, sambil meneriakkan slogan yang mendukung sang presiden.
Di depan kerumunan massa, Abbas menegaskan, ”sekarang kita memiliki sebuah negara” dan ”dunia telah bersuara lantang, ya untuk negara Palestina”. Massa warga semakin histeris menyambutnya, mengacungkan tangan terkepal dan berteriak ”hidup Abbas, hidup rakyat Palestina”.
Keputusan PBB untuk mengakui Palestina sebagai ”negara peninjau non-anggota” merupakan tonggak sejarah baru dari perjuangan panjang sejak puluhan tahun silam. Rakyat Palestina percaya, dukungan yang kuat dari dunia internasional akan meningkatkan pengaruh mereka dalam pembicaraan damai dengan Israel di masa mendatang.
Sementara itu Israel, Minggu, kembali menolak tegas pengakuan implisit PBB atas kedaulatan negara Palestina. Menteri Keuangan Yuval Steinitz mengatakan, Israel takkan mentransfer 120 juta dollar AS dana hasil pajak kepada Palestina.
Bentuk perlawanan Israel terhadap keputusan Majelis Umum PBB itu juga dibuktikan dengan mengeluarkan kebijakan pembangunan permukiman baru. Kurang dari 48 jam setelah PBB mengakui Palestina sebagai ”negara peninjau non-anggota”, Israel memutuskan membangun lebih dari 3.000 rumah baru di wilayah yang diokupasi di Tepi Barat dan Jerusalem Timur.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan kampanye kenegaraan yang dipimpin Presiden Palestina Mahmoud Abbas sebagai pelanggaran berat perjanjian yang telah ditandatangani dengan Israel. ”Oleh karena itu, Pemerintah Israel menolak keputusan Majelis Umum PBB,” katanya.
Netanyahu di depan kabinetnya mengatakan, ”Hari ini kita membangun dan akan terus membangun di Jerusalem dan di semua wilayah yang ada di peta kepentingan strategis Israel.”
Setengah juta pemukim Israel saat ini tinggal di Tepi Barat dan Jerusalem Timur, hasil strategi jangka panjang yang bertujuan untuk mengaburkan batas antara Israel dan wilayah pendudukan.
Tender
Dalam dua bulan ini, Kementerian Perumahan Israel mengumumkan tender untuk lebih dari 2.000 rumah baru di Jerusalem Timur dan Tepi Barat, yang ”berada di luar perbatasan 1967”. Ini berarti semua tanah yang dicaplok Israel pada tahun 1967.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.