Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kembali, Rusia Tuding Barat

Kompas.com - 01/12/2012, 22:51 WIB
Josephus Primus

Penulis

KOMPAS.com - Rusia kembali menuding Barat dalam kasus Suriah. Adalah Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov yang menuding Barat menggunakan tangan besi dan gelimang darah untuk memajukan demokrasi di Suriah. Menurut Itar-TASS pada Sabtu (1/12/2012), Moskwa tetap berada di belakang Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Lavrov, yang meneruskan komentar Presiden Vladimir Putin mengeluarkan pernyataan bernada pedas dalam pertemuan dewan kebijakan pertahanan dan luar negeri selama dua hari sebelum Presiden Rusia Putin pergi ke Turki, tempat perang di Suriah diperkirakan mendominasi pembicaraan. "Rusia tidak menentang pengaruh Barat atau menghalangi proyek yang digagas Barat," kata Lavrov.

"Faktanya ialah, memajukan demokrasi melalui besi dan darah tak berhasil, dan ini telah jelas dalam beberapa bulan belakangan," kata Lavrov lagi.

Ia menambahkan dalam kebanyakan kasus, kebijakan tangan besi dan gelimang darah malah menghasilkan reaksi yang bertentangan. "Kaum fanatik dan kekuatan penindas makin kuat. Hal itumenurunkan kesempatan bagi perubahan demokratis nyata," imbuhnya.
   
Moskwa menyatakan negara Barat dan Teluk mendorong gerilyawan yang berusaha menggulingkan Bashar. Sementara, Amerika Serikat dan Eropa menuduh Kremlin melindungi Presiden Suriah selama 20 bulan pertumpahan darah.
   
Rusia menyatakan perginya Bashar dari kekuasaan tak bisa dipaksakan dari luar dan telah menyampaikan keprihatinan bahwa kaum fanatik dapat meraih keuntungan di Suriah dan negara lain setelah aksi perlawanan Arab Spring, sehingga lebih merusak kestabilan wilayah tersebut.
   
Sementara itu, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Gennady Gatilov, dalam satu pertemuan dengan Wakil Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mekdad, mengatakan situasi telah bertambah buruk akibat peningkatan tajam kegiatan organisasi teror. Termasuk, Al Qaeda.
   
Menurut Kementerian Luar Negeri Rusia, Gatilov juga menyampaikan kembali keprihatinan Rusia bahwa konflik tersebut telah dengan jelas mengincar unsur antaragama.
   
Rusia telah membantah memperkuat Bashar, kata Gatilov. "Tapi, Rusia takkan membiarkan terulangnya apa yang terjadi tahun lalu di Libya," katanya.
   
NATO, katanya, melangkahi batas mandat Dewan Keamanan PBB lewat campur-tangan untuk melindungi warga sipil dalam tekadnya untuk membantu gerilyawan menggulingkan Moammar Khadafy.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com