Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekacauan Bisa Terjadi dalam Pemilu AS

Kompas.com - 06/11/2012, 09:03 WIB

WASHINGTON DC, KOMPAS.com Kerusakan meluas yang ditimbulkan badai super Sandy pekan lalu bisa memicu kekacauan dalam pemilihan umum presiden AS yang digelar Selasa (6/11) waktu setempat. Ketidakpastian dan kekacauan di daerah bencana bisa memicu perang gugatan setelah hasil pemilihan diketahui.

Dalam kasus terburuk, calon petahana Barack Obama bisa saja kalah dalam jumlah suara pemilih secara nasional karena penurunan jumlah pemilihnya di daerah bencana. Namun, bisa jadi dia tetap memenangi pemilu yang menggunakan sistem electoral college, dan mengulang kekacauan yang terjadi seperti saat pemilihan presiden tahun 2000.

Tiga negara bagian yang paling parah dilanda Sandy, yakni New York, New Jersey, dan Connecticut, sudah sejak lama dikenal sebagai basis pendukung Partai Demokrat—partai asal Obama.

Presiden Obama diduga akan menang mudah di tiga negara bagian itu, tetapi jumlah pemilihnya bisa anjlok hingga ratusan ribu orang jika banyak pendukungnya di daerah bencana tidak bisa berpartisipasi dalam pilpres tahun ini.

”Ada kemungkinan, kita akan melihat penurunan jumlah pemilih yang signifikan di tempat-tempat pemungutan suara (TPS) di beberapa kawasan padat penduduk ini. Dampaknya bisa cukup dramatis dalam konteks suara pemilih terbanyak,” ujar Michael MacDonald, profesor politik dari Universitas George Mason.

Pemenang pilpres di AS tidak ditentukan oleh kandidat yang memperoleh suara terbanyak (popular votes) di tingkat nasional. Pemenang ditentukan oleh jumlah electoral votes yang diperoleh setiap kandidat di tiap negara bagian.

Sepanjang sejarah pilpres di AS, secara umum pemenang electoral vote juga meraih dukungan suara terbanyak. Namun, dalam dua kali pilpres, yakni pada tahun 1876 dan 2000, hasilnya berbeda.

Pada tahun 2000, capres Partai Republik, George W Bush, menang dengan mengumpulkan electoral votes terbanyak meski dalam perolehan suara secara keseluruhan dia kalah dari calon Partai Demokrat, Al Gore.

Di wilayah bencana Sandy, pejabat setempat membuat sejumlah perubahan terkait pilpres di saat-saat terakhir. Di New York City, sebanyak 143.000 pemilih harus memilih di TPS baru karena TPS lama tidak bisa digunakan akibat badai.

Di New Jersey, para pemilih yang masih mengungsi diizinkan memilih melalui e-mail. Di wilayah Monmouth County, panitia pemungutan suara mengumumkan lokasi beberapa TPS baru di 29 kota.

Mereka juga menyiapkan surat suara manual dari kertas andai mesin pemungutan suara elektronik rusak.

Sejumlah perubahan pada saat-saat terakhir ini dikhawatirkan akan memicu sengketa dan gugatan dari pihak yang kalah saat hasil penghitungan suara sudah diketahui.

”Kuncinya ada pada detail dan tak diragukan lagi sejumlah peraturan baru ini akan mendorong orang menggugat hasil pemilu nanti,” tutur Angelo Genova, pakar hukum pemilu dari New Jersey.

Investor menunggu

Satu hari menjelang pelaksanaan pilpres di AS, bursa saham di Eropa dan Asia menunjukkan kecenderungan melemah. Investor bersikap menunggu hasil pemilu tersebut.

Indeks FTSE 100 di bursa London turun 0,46 persen menjadi 5.841,5 poin. Sementara indeks DAX 30 di Frankfurt juga turun 0,46 persen menjadi 7.330,44 poin, dan indeks CAC 40 di Paris anjlok 0,82 persen ke posisi 3.463,35 poin.

Bursa-bursa Asia juga berjatuhan menjelang pilpres AS dan suksesi kepemimpinan di China. Bursa saham Hongkong turun 0,47 persen, Tokyo merosot 0,48 persen, Seoul anjlok 0,55 persen, dan Shanghai turun 0,14 persen.

Harga emas juga sempat anjlok ke level 1.672,75 dollar AS per ons di London Bullion Market sebelum membaik ke posisi 1.677,70 dollar AS per ons. Hari Jumat pekan lalu, harga emas ditutup pada 1.685 dollar AS per ons.

”Pemilu AS sepertinya masih menjadi satu-satunya pusat perhatian (para investor), tetapi saya kira, siapa pun yang menang dalam (pemilu) hari Selasa tidak akan banyak pengaruhnya terhadap dunia,” tutur analis Christ Beauchamp dari kelompok trading IG. (Reuters/AFP/AP/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com