Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bawa Peralatan Militer, Turki Tahan Pesawat Suriah

Kompas.com - 11/10/2012, 09:52 WIB

ANKARA, KOMPAS.com - Pemerintah Turki menemukan sejumlah peti peralatan militer untuk tentara Suriah dalam sebuah jet penumpang dari Moskwa ke Damaskus yang dipaksa untuk mendarat di Ankara, Turki, Rabu (10/2012), lapor sejumlah media negara itu.

Menurut Menteri Luar Negeri Turki, Ahmet Davutoglu, sejumlah laporan intelijen mengatakan, pesawat itu membawa kargo yang dilarang oleh peraturan penerbangan sipil.

Pesawat tersebut mengangkut sekitar 30 penumpang dan sejumlah kargo yang tidak dilaporkan, kata Davutoglu dalam sebuah wawancara yang disiarkan televisi TGRT dari Athena, Yunani, tanpa merinci tentang kargo itu. Pihak berwenang kemudian menemukan 12-13 peti "raksasa" berisi peralatan yang diperuntukkan bagi angkatan bersenjata Suriah, termasuk peralatan komunikasi, lapor harian Hurriyet yang berbasi di Istanbul.

"Kami bertekad untuk mengontrol aliran senjata kepada rezim di Suriah, yang telah tanpa ampun membantai rakyatnya," kata Davutoglu. "Tidak dapat diterima bahwa pengiriman itu menggunakan wilayah udara Turki."

Pesawat Suriah itu, sebuah Airbus A320 yang dioperasikan Syrian Airlines dikawal ke bandara Ankara oleh sejumlah pesawat tempur Turki, lapor Hurriyet.

Pemerintah Rusia mengatakan, sekitar setengah penumpang pesawat itu warga negaranya. Menurut seorang pejabat Rusia yang tak mau disebut namanya, pemerintah Turki telah menggeledah pesawat itu untuk mencari senjata selama beberapa jam tetapi tidak menemukan apa-apa.

Pesawat dengan nomor penerbangan SRY442 itu sedang dipantau sebelum memasuki wilayah udara Turki dan dicegat berdasarkan laporan intelijen, kata Davutoglu. Menyusul kejadian itu, Turki menghentikan semua penerbangan ke Suriah, lapor televisi TRT yang dikelola negara. "Turki tidak ingin perang, tetapi ada perang di Suriah," kata Davutoglu. Insiden tersebut diperkirakan tidak akan mempengaruhi hubungan Turki dengan Rusia, katanya. Presiden Rusia, Vladimir Putin, dijadwalkan untuk mengunjungi Turki akhir pekan ini, tapi perjalanan itu telah ditunda, kata kantor kantor perdana menteri Turki.

Saat ini sekitar 100.000 pengungsi Suriah berada di Turki, termasuk banyak anggota Tentara Pembebasan Suriah yang selama hampir dua tahun terakhir bertempur melawan pasukan yang setia kepada Presiden Suriah, Bashar al-Assad.

Pertempuran artileri di perbatasan Turki dan Suriah telah berlangsung selama enam hari. Pertempuran itu dipicu oleh tewasnya lima warga sipil Turki saat sebuah mortir yang ditembakan tentara Suriah mendarat di sebuah desa perbatasan pada 3 Oktober. Hari berikutnya, Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan mendapat otorisasi dari parlemen Turki untuk mengirim pasukan ke Suriah jika diperlukan.

Kepala Staf Angkatan Bersenjata Turki, Jenderal Necdet Ozel, mengatakan Turki akan membalas lebih keras jika Suriah terus menembakan artileri ke wilayah Turki. Dia membuat komentar itu saat memeriksa pasukan di Akcakale, desa di mana warga sipil Turki tewas pada 3 Oktober.

Menurut laporan televisi Al Arabiya, setidaknya 14 tentara Suriah telah tewas dalam tembakan balasan Turki ke negara itu dalam enam hari terakhir.

Pihak Suriah menegaskan, negara itu tidak sedang mencari gara-gara dengan Turki. Pemerintah Suriah, kata Jihad Makdissi, juru bicara Kementerian Luar Negeri Suriah, sedang menyelidiki penembakan yang menyebabkan lima orang tewas itu. "Suriah dalam posisi mempertahankan diri," katanya. "Apa yang terjadi merupakan insiden, bukan sebuah serangan. Insiden itu karena ada kehadiran kelompok-kelompok bersenjata di daerah tersebut."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com