Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benghazi Kembali Membara

Kompas.com - 23/09/2012, 02:38 WIB

Keberadaan milisi-milisi bersenjata itu menjadi dilema yang dihadapi pemerintahan baru di Libya setelah rezim Khadafy digulingkan tahun lalu.

Mereka dulunya merupakan bagian dari pasukan pemberontak yang bertempur melawan pasukan Khadafy, tetapi kemudian tidak membubarkan diri setelah revolusi selesai. Mereka masih memegang senjata berat, seperti meriam anti-serangan udara dan RPG, dan lebih kuat daripada pasukan resmi pemerintah.

Meski bukan aparat keamanan resmi negara, pemerintah membutuhkan mereka untuk mengendalikan keamanan. Sebagian dari mereka, seperti Rafallah al-Sahati, Brigade 17 Februari, dan Tameng Libya, menyatakan mendukung pemerintah dan bahkan menerima gaji resmi.

Namun, sebagian lagi memilih haluan yang lebih radikal dan secara terbuka menentang pemerintahan demokratis dan bahkan dunia Barat.

Setelah insiden penyerangan tersebut, Presiden Kongres Nasional Libya Mohammed al-Megarif menyerukan kepada para demonstran agar bisa membedakan antara milisi yang ”legal” dan ”ilegal”.(AFP/Reuters/AP/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com