Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Qantas Merugi, Pertama sejak Privatisasi

Kompas.com - 24/08/2012, 02:15 WIB

SYDNEY, KAMIS - Maskapai penerbangan Qantas, Kamis (23/8), membukukan kerugian untuk pertama kali sejak diprivatisasi tahun 1995. Qantas juga membatalkan pemesanan 35 pesawat jet Boeing. Kedua hal tersebut terjadi karena biaya bahan bakar semakin tinggi dan perselisihan industrial antara manajemen dan karyawan yang menyebabkan penurunan laba bersih.

Maskapai itu mengumumkan kerugian bersih sebesar 244 juta dollar Australia. Padahal, tahun sebelumnya, Qantas masih membukukan laba bersih 250 juta dollar AS. Laba sebelum pajak hingga 30 Juni sebesar 95 juta dollar Australia, turun dari 552 juta dollar Australia pada periode sama tahun sebelumnya. Adapun pendapatan sebesar 15,7 miliar dollar Australia.

”Qantas telah melalui periode yang luar biasa dalam 12 bulan terakhir ini. Kami telah membuat kemajuan penting dalam strategi grup, yaitu membangun kekuatan bisnis domestik dan program pelanggan serta pertumbuhan Jetstar yang bagus di Asia,” ujar CEO Qantas Alan Joyce.

Hasil yang menyedihkan ini memang sudah diperkirakan sebelumnya. Qantas telah mengeluarkan peringatan bahwa jalur internasionalnya mengalami kesulitan karena harus menghadapi penurunan operasional global terkait kondisi krisis ekonomi di Eropa dan kenaikan harga bahan bakar.

Selain itu, penguatan kurs dollar Australia dan perselisihan dengan serikat pekerja mengenai kenaikan gaji juga membebani maskapai ini. Perselisihan itu memaksa Joyce menghentikan operasional Qantas selama 48 jam, Oktober.

Walaupun laporan keuangannya buruk, harga saham Qantas naik 4,2 persen menjadi 1,22 dollar Australia pada perdagangan di bursa. Para investor lega karena Qantas memutuskan menunda pemesanan 35 Boeing 787-9 Dreamliner.

(AP/joe)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com