Teheran, Selasa
”Belum perlu bagi lingkaran sekutu Suriah untuk benar-benar masuk ke arena. Menurut penilaian kami pun itu tak perlu dilakukan,” kata Jazayeri, seperti dikutip harian Shargh.
Jazayeri menambahkan, ”Dalam situasi-situasi khusus, kami akan memutuskan bagaimana mendukung perlawanan (anti-Israel) regional dan sekutu-sekutu kami. Kami lebih baik menunggu situasi dan kondisi selanjutnya.”
Pejabat tinggi militer Iran itu mengaku sangat sensitif jika ada situasi yang menyangkut sekutu-sekutu Iran dalam melawan Israel di wilayah tersebut. ”Kami tidak akan membiarkan musuh maju,” katanya.
Dalam kesempatan terpisah, salah satu komandan senior Garda Revolusi Iran, Jenderal Hamid Reza Moqadam-Far, mengatakan, rakyat sipil di Suriah saat ini turut bertempur membantu tentara pemerintah memerangi pasukan oposisi. Dikutip surat kabar Kayhan, Moqadam-Far mengatakan, kekalahan pihak oposisi akan ”menjadi pukulan telak bagi Arab Saudi dan negara-negara Barat” yang selama ini membantu oposisi.
Selain Rusia dan China, Iran adalah salah satu sekutu kunci Pemerintah Suriah. Teheran melihat Suriah sebagai bagian blok anti-Israel yang mencakup Iran, kelompok militan Hezbollah di Lebanon, dan Hamas di Palestina.
Teheran telah mengirim bantuan kemanusiaan dan dukungan diplomatik bagi Damaskus. Namun, Teheran menolak keras laporan yang menyebutkan bahwa Iran pernah mengirimkan bantuan militer ke Suriah, termasuk senjata berat dan tank.
Menteri Luar Negeri Iran Ali Akbar Salehi mengaku telah menelepon Menteri Luar Negeri Swedia Carl Bildt, Senin malam. Dalam pembicaraan itu, Salehi mengatakan, diperlukan dialog antara rezim Suriah dan oposisi untuk mengakhiri konflik.
Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan juga membahas krisis Suriah melalui telepon, Senin. Menurut Gedung Putih, kedua pemimpin mengoordinasikan ”upaya percepatan” transisi politik di Suriah.