Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iran Siap Mencegah Intervensi Asing

Kompas.com - 01/08/2012, 02:16 WIB

Teheran, Selasa - Iran tidak akan membiarkan musuh maju ke wilayah sekutu utamanya, Suriah. Namun, Teheran melihat belum perlu melakukan intervensi langsung dalam menyikapi krisis Suriah. Demikian dikatakan Wakil Kepala Angkatan Bersenjata Iran Brigadir Jenderal Masoud Jazayeri, Selasa (31/7).

”Belum perlu bagi lingkaran sekutu Suriah untuk benar-benar masuk ke arena. Menurut penilaian kami pun itu tak perlu dilakukan,” kata Jazayeri, seperti dikutip harian Shargh.

Jazayeri menambahkan, ”Dalam situasi-situasi khusus, kami akan memutuskan bagaimana mendukung perlawanan (anti-Israel) regional dan sekutu-sekutu kami. Kami lebih baik menunggu situasi dan kondisi selanjutnya.”

Pejabat tinggi militer Iran itu mengaku sangat sensitif jika ada situasi yang menyangkut sekutu-sekutu Iran dalam melawan Israel di wilayah tersebut. ”Kami tidak akan membiarkan musuh maju,” katanya.

Dalam kesempatan terpisah, salah satu komandan senior Garda Revolusi Iran, Jenderal Hamid Reza Moqadam-Far, mengatakan, rakyat sipil di Suriah saat ini turut bertempur membantu tentara pemerintah memerangi pasukan oposisi. Dikutip surat kabar Kayhan, Moqadam-Far mengatakan, kekalahan pihak oposisi akan ”menjadi pukulan telak bagi Arab Saudi dan negara-negara Barat” yang selama ini membantu oposisi.

Selain Rusia dan China, Iran adalah salah satu sekutu kunci Pemerintah Suriah. Teheran melihat Suriah sebagai bagian blok anti-Israel yang mencakup Iran, kelompok militan Hezbollah di Lebanon, dan Hamas di Palestina.

Teheran telah mengirim bantuan kemanusiaan dan dukungan diplomatik bagi Damaskus. Namun, Teheran menolak keras laporan yang menyebutkan bahwa Iran pernah mengirimkan bantuan militer ke Suriah, termasuk senjata berat dan tank.

Menteri Luar Negeri Iran Ali Akbar Salehi mengaku telah menelepon Menteri Luar Negeri Swedia Carl Bildt, Senin malam. Dalam pembicaraan itu, Salehi mengatakan, diperlukan dialog antara rezim Suriah dan oposisi untuk mengakhiri konflik.

Percepatan transisi

Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan juga membahas krisis Suriah melalui telepon, Senin. Menurut Gedung Putih, kedua pemimpin mengoordinasikan ”upaya percepatan” transisi politik di Suriah.

Transisi itu akan mencakup mundurnya Presiden Bashar al-Assad dari kekuasaan dan pemenuhan berbagai tuntutan sah rakyat Suriah. Baik Obama maupun Erdogan prihatin atas krisis dan kekerasan yang dilakukan rezim Assad atas oposisi. Mereka juga prihatin atas kondisi kemanusiaan yang terus memburuk di seantero Suriah.

Dari Aleppo dilaporkan, pertempuran antara pasukan oposisi dan tentara pemerintah memasuki hari keempat dan tidak menunjukkan tanda-tanda mereda. Pasukan oposisi tidak hanya mampu bertahan di beberapa posisi strategis, tetapi juga melancarkan serangan baru.

Hari Selasa, pasukan oposisi menyerang dua kantor polisi di kawasan Salhin dan Bab al-Nayrab, menewaskan 40 polisi. Pasukan oposisi yang bersenjata roket peluncur granat (RPG) juga menyerang kantor dinas intelijen AU Suriah, mahkamah militer, dan kantor cabang Partai Baath di Aleppo.

(AFP/AP/REUTERS/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com