MANILA, KAMIS
Pertempuran pecah setelah pasukan elite Filipina mengejar para pemberontak, yang sebelumnya kerap menyerang para pekerja perkebunan karet di pulau tersebut.
Juru bicara militer pemerintah setempat, Letnan Kolonel Randolph Cabangbang, menyebut, tentara datang untuk mengejar para pengacau. Tiga prajurit dan dua pengacau terluka dalam bentrokan itu.
”Kami dikerahkan untuk mengusir mereka. Pertempuran terjadi di kawasan hutan. Pasukan kami bertempur dan mengejar mereka,” ujar Cabangbang.
Dalam operasi tersebut, militer Filipina juga mengerahkan satu helikopter serbu untuk membantu pasukan di darat.
Pasukan milisi Abu Sayyaf, yang diketahui punya kaitan dengan jaringan Al Qaeda, itu sekitar dua pekan lalu menyerang dan menyergap para pekerja perkebunan. Menurut Cabangbang, mereka menyergap dan membunuh enam pekerja perkebunan serta melukai 22 orang lainnya.
Juru bicara Angkatan Darat, Mayor Harold Cabunoc, menambahkan, kelompok perusuh itu juga menyerang konvoi militer yang tengah mengawal para pekerja perkebunan karet, Rabu lalu.
Namun, dalam serangan itu, tak satu pun anggota pasukan militer tewas ataupun terluka.
Selain melakukan kekerasan, para anggota kelompok radikal itu juga mengirim surat meminta uang ”keamanan” 1.000 dollar AS (Rp 9,4 juta) yang disertai ancaman. Uang itu harus disetorkan setiap bulan jika para petani dan pekerja kebun tidak ingin disakiti atau dibunuh.
Kawasan hutan lebat di Pulau Basilan itu sudah sejak lama dijadikan benteng pertahanan kelompok teroris tersebut.
Kelompok Abu Sayyaf didirikan pada tahun 1990 dengan dana awal didapat dari bantuan pemimpin Al Qaeda waktu itu, Osama bin Laden.
Selama ini kelompok Abu Sayyaf dianggap bertanggung jawab atas sejumlah aksi teror terburuk di Filipina. Berbagai aksi yang pernah mereka lakukan, antara lain, pengeboman dan penculikan untuk meminta tebusan uang.
Kelompok itu sering menjadikan orang-orang asing dan warga Kristen sebagai korban.
Sekitar 600 personel militer AS secara berkala dirotasi dan diterjunkan ke wilayah itu untuk ikut membantu militer Filipina menumpas kelompok teroris tersebut.
Akan tetapi, selama ini pasukan AS tetap tidak diizinkan terlibat atau terjun langsung dalam pertempuran di lapangan melawan kelompok Abu Sayyaf.