Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Damaskus Mulai Diperebutkan

Kompas.com - 12/06/2012, 17:53 WIB

Harling memberi contoh, pada puncak penumpasan berdarah pemerintah terhadap kelompok Ikhwanul Muslimin pada 1982, yagn dilakukan Hafez al-Assad, ayah presiden saat ini, berhasil mencegah para pedagang Damaskus melakukan aksi mogok.

Beberapa hari setelah mogok pasar di Damaskus bulan lalu, para pemilik toko di sebagian distrik perdagangan Aleppo melakukan hal serupa, namun skalanya lebih kecil.

"Saya tidak membuka toko. Semua wilayah pinggiran kota Aleppo mogok hari ini (setelah) yang terjadi di Houla," kata seorang pemilik toko di Aleppo yang mengaku bernama Abu Karim dalam wawancara telepon dengan CNN.

"Kami membawa tanggung jawab untuk terus bekerja sementara orang-orang tewas. Kami malu," imbuhnya.

Dalam beberapa kasus, aparat keamanan Suriah menyerang aksi protes para pebisnis itu. Seorang aktivis menunjukkan video yang menunjukkan sejumlah orang berseragam menggunakan alat-alat untuk membuka paksa pintu-pintu toko yang tutup di Damaskus.

Kekerasan yang terus terjadi, ditambah sanksi yang diterapkan oleh negara-negara Barat, mulai menyulitkan warga Suriah.

Lebih dari sepuluh warga Damaskus dan Aleppo yang diwawancarai oleh CNN mengeluhkan matinya listrik tiap hari dan kenaikan harga keperluan pokok seperti gula dan minyak goreng.

"Mereka mematikan aliran listrik selama dua jam setiap pagi dan tentu saja pengaruhnya pada pekerjaan cukup besar karena seluruh perusahaan ini menggunakan komputer," kata seorang CEO perusahaan media yang berpusat di Damaskus kepada CNN.

Dia mengaku sudah menugasi salah satu karyawannya untuk membeli cukup banyak solar untuk menyalakan generator. Namun hal itu menimbulkan kesulitan baru karena melonjaknya harga bahan bakar minyak.

"Dengan sanksi ekonomi terhadap negara kami, sulit bagi kami untuk terus memberi pelayanan karena transaksi keuangan tidak bisa sampai ke kami dari klien asing," lanjut CEO yang tidak mau namanya disebut karena takut nyawanya dalam bahaya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com