Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebagian Besar Taliban Inginkan Perdamaian

Kompas.com - 16/05/2012, 06:47 WIB
Kistyarini

Penulis

Suaranya melunak dan sempat terhenti ketika dia ingat tembakan brutal yang dialaminya di Karachi, Pakistan, tempat dia tinggal. Selama itu dia bergerak di Afganistan dan Pakistan. Motasim menolak mengungkap lokasi-lokasi yang dikunjunginya di kedua negara itu.

Dalam serangan itu, tubuh Motasim ditembus beberapa peluru hingga dia harus dirawat di rumah sakit selama berminggu-minggu. Lukanya sangat berat sehingga diperkirakan tidak bakal bertahan hidup.

Berbicara dari Turki, tempatnya menjalani perawatan lanjutan, Motasim menyebut para penyerangnya adalah saudara dan kolega. Mungkin, katanya, mereka adalah kaum garis keras Taliban yang menentang pendiriannya yang moderat.

"Gagasan saya adalah sebuah pemerintahan berbasis luas, semua partai politik bersama-sama dan mungkin beberapa di antara garis keras Taliban di Afganistan dan Pakistan tidak suka mendengar ini dan mereka menyerang saya," katanya.

Beberapa orang bersenjata mungkin berasal dari Afganistan dan beberapa mungkin telah dari Pakistan Waziristan Utara di mana kelompok militan telah menemukan tempat perlindungan, kata Motasim.

Ingkar janji

Awalnya Motasim enggan berbicara tentang politik dengan alasan teman-teman dan para koleganya meminta dia menutup mulut. "Saya tidak terlibat dalam perundingan. Saya di sini hanya untuk menjalani perawatan," katanya.

Namun pelan-pelan dia mulai terbuka. Katanya, Taliban memiliki tiga tuntutan utama. Yakni mereka ingin semua tawanan Afganistan dikeluarkan rumah tahanan militer AS di Guantanamo dan dekat Pangkalan Udara Bagram, dihapuskannya nama-nama Taliban dari daftar hitam PBB, serta pengakuan Taliban sebagai partai politik.

Ia mengatakan pembicaraan di Qatar berakhir awal tahun ini setelah Amerika Serikat mengingkari janji untuk membebaskan lima tahanan dari Guantanamo.

"Tapi itu hanya yang terkenal," katanya. "Ada ribuan lainnya ditahan di Bagram dan mereka ditahan dengan cap Taliban padahal mereka tidak bersalah, hanya petani dan ulama."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com