Amerika Serikat, Inggris, dan Korsel menuding Pyongyang melakukan uji coba rudal balistik. Jepang bahkan menempatkan sistem antirudal untuk menembak jatuh roket jika perlu.
Ini merupakan peluncuran roket ketiga Korut. Dua peluncuran sebelumnya dilakukan di Punggye-ri, wilayah timur laut, pada tahun 2006 dan 2009.
Wartawan diberi gambaran sekilas dan langka tentang persiapan peluncuran roket Unha-3 yang membawa satelit Kwangmyongsong-3 atau Bintang Bersinar-3. Wartawan dibawa ke stasiun peluncuran, suatu kejutan besar dari rezim yang terkenal ekstraketat dalam mengontrol pers.
Perjalanan dari Pyongyang ke Ronchang-ri menggunakan kereta api melintasi daratan paling tertutup dari dunia luar. Wartawan tidak diizinkan membawa laptop dan telepon seluler, namun diizinkan mengambil gambar bergerak atau membuat film di lokasi. Inilah salah satu bentuk kontrol yang ketat atas media.
Kereta api melintasi antara lain hamparan sawah dan ladang. Banyak petani menggunakan cangkul dan nyaris tidak ada traktor. Negara ini memiliki kekuatan nuklir, namun rakyatnya menderita kelaparan akibat kekurangan pangan serius sejak tahun 1990. Kelaparan telah menewaskan ribuan orang.
Rencana peluncuran roket merupakan rangkaian peringatan 100 tahun kelahiran Kim Il Sung, tokoh pendiri Korut, kakek kandung Jong Un.
Setelah menempuh perjalanan sekitar lima jam, wartawan mendekati pusat peluncuran. Wartawan diizinkan mengambil gambar dari jendela kereta. Dipisahkan dua bukit dari wartawan, tampak sebuah roket putih berdiri setinggi 30 meter. Pada bagian pendorong utama, yang menjulang ke langit biru, ada tulisan dalam bahasa Korea: ”Unha 3” atau Galaksi 3.
Di atas tulisan terdapat bagian yang dicat dengan warna bendera Korut. Seorang pria berbadan kurus menyambut wartawan dengan senyum simpul. Dia adalah Jang Myong Jin, Kepala Pusat Ruang Angkasa Korut.