Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lautan Manusia di Masjidil Haram

Kompas.com - 24/03/2012, 06:59 WIB
Subhan SD

Penulis

oleh M Subhan SD

Ketika hendak memulai thawaf memutari Ka'bah di Mekkah pada Kamis (22/3) tengah malam, saya melihat betapa begitu banyak kaum Muslim yang memenuhi pelataran tengah Masjidil Haram itu.

Biasanya pemandangan orang-orang yang thawaf dan shalat sepenuh itu dijumpai saat musim haji sewaktu jutaan orang dari berbagai penjuru dunia berkumpul bersamaan pada tempat dan waktu yang sama seperti saya rasakan tahun 2009. Atau biasa dijumpai saat Ramadhan ketika banyak orang mengejar keutamaan umrah pada bulan penuh berkah itu seperti pernah pula merasakan pada tahun 1996.

Namun malam Jumat (23/3/2012) kemarin, suasana mirip haji atau Ramadhan benar-benar terasa. Dan siangnya, ketika hendak shalat Jumat, terpaksa harus shalat di pelataran luar Masjidil Haram karena di areal dalam masjid telah penuh.

Askar sudah melarang untuk memasuki masjid. Untuk masuk ke sisi masjid saja harus berdesak-desakan. Padahal, ketika hendak berangkat dari Hotel Massa, tempat menginap yang hanya berjarak sekitar 200 meter dari masjid, sekitar satu jam sebelum waktu shalat, roomboy bernama Ari yang asal Indonesia (Tangerang) mengingatkan, "Kalau Jumat pasti penuh." Ternyata, waktu hampir satu jam untuk jarak 200 meter saja, tak cukup untuk bisa menembus ke dalam masjid. Sungguh luar biasa!

Betapa makin banyak saja orang yang melakukan umrah, bahkan sekarang ini hampir setiap waktu. Orang-orang Indonesia seperti tak pernah berhenti untuk melakukan perjalanan ruhani ke Baitullah. Apalagi ibadah haji makin sulit karena harus menunggu antrean bertahun-tahun.

Yang menggembirakan makin banyak orang Indonesia yang mengalihkan tujuan perjalanannya. Mereka kini banyak yang memilih berwisata ziarah ke Tanah Haram, yakni dengan menunaikan ibadah umrah.

"Dulu orang-orang Indonesia sebentar-sebentar pergi ke Paris, London, Tokyo, New York. Tapi sekarang, orang kita sebentar-sebentar umrah, sebentar-sebentar umrah," ujar Ustadz Syarif Hidayat, pembimbing saat memberikan tausiyah dalam perjalanan Madinah-Mekkah yang ditempu sekitar enam jam.

Kembali ke agama
Perubahan sikap dalam beragama memang menjadi fenomena menarik dalam 20 tahun terakhir ini. Banyak terjadi ironi dalam modernisasi.

Akibat berbagai kemajuan, justru membuat tidak sedikit orang yang teralienasi dari kehidupan. Mereka mengalami kegersangan jiwa. Nyatanya tidak bisa menemukan segalanya atau merasa puas dengan hasil akal pikiran manusia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com