Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Kairo hingga Damaskus

Kompas.com - 11/03/2012, 04:37 WIB

Annan selama dua hari, Kamis (8/3) dan Jumat lalu, melakukan misi diplomasinya secara intensif di Kairo. Dari Kairo, Annan hari Sabtu kemarin terbang ke Damaskus untuk menemui Presiden Bashar al-Assad dan pejabat tinggi Suriah lainnya.

Dari ibu kota Mesir itu, Annan memperkenalkan dan sekaligus menawarkan konsep solusi krisis Suriah yang bertumpu pada solusi politik.

Menurut Annan, rakyat Suriah kini butuh bantuan yang harus berbentuk bantuan diplomasi karena cara itu merupakan jalan terbaik. Ia meminta semua pihak realistis dalam menawarkan usulan-usulan mengenai solusi krisis di Suriah. Annan juga mengimbau jangan menawarkan harapan yang tidak realistis.

Annan menawarkan solusi politik di Suriah karena ia melihat menjatuhkan rezim Presiden Bashar al-Assad di Suriah ternyata tidak mudah. Hal itu terbukti, berbagai manuver Barat dan Liga Arab dalam beberapa bulan terakhir ini gagal menumbangkan rezim Damaskus. Bahkan, rezim Damaskus semakin brutal membombardir kota-kota oposisi, khususnya Homs, yang setiap hari terus membawa korban tewas.

Kekuatan Damaskus

Di balik kekuatan rezim Damaskus itu, ia memiliki banyak kawan setia yang bersedia memberi bantuan apa pun. Kawan setia itu adalah Rusia, China, Iran, Irak, dan Hezbollah. Berbeda dengan rezim Khadafy di Libya yang akhirnya tumbang, karena rezim Khadafy praktis terisolasi.

Persoalan isu Suriah saat ini tidak lagi sederhana karena menyangkut masalah pertarungan kekuatan antara AS dan Barat di satu pihak serta Rusia, China dan Iran di pihak lain dalam kancah internasional. Rusia, China, dan Iran tidak ingin hegemoni AS dan Barat mendominasi pentas internasional tanpa kontrol sama sekali.

Dominasi AS dan Barat dalam menghadapi musim semi Arab yang menjatuhkan rezim-rezim diktator di Timur Tengah sangat kuat sekali, mulai dari Tunisia, Mesir, Libya, sampai Yaman. Kini di mata Rusia, China, dan Iran, persoalan Suriah bukan sekadar menyangkut isu musim semi Arab, melainkan lebih jauh, yakni terkait pertarungan pengaruh di Timur Tengah.

Karena itu, meskipun Suriah bukan negara Arab kaya, Rusia dan China membela Suriah habis-habisan sehingga menggunakan hak vetonya.

Perdagangan China-Suriah tidak sampai sepersepuluh tingkat perdagangan China dengan satu saja dari negara-negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk (GCC). China juga tidak menjual sepotong senjata pun ke Suriah. Tidak ada misi ekonomi China sedikit pun dalam membela Suriah. Sebaliknya, China akan mengalami kerugian dalam hubungannya dengan GCC.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com