Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Kairo hingga Damaskus

Kompas.com - 11/03/2012, 04:37 WIB

Pembelaan Rusia mungkin lebih bisa dipahami. Rusia secara historis memiliki hubungan kuat dengan rezim keluarga Assad di Suriah sejak keluarga Assad naik ke tampuk kekuasaan tahun 1970. Rusia kini menganggap Suriah adalah satu-satunya pijakan pengaruhnya di Timur Tengah, setelah kehilangan rezim Saddam Hussein di Irak dan rezim Moammar Khadafy di Libya. Semua negara Arab, selain Suriah, kini telah terkooptasi pengaruh Barat. Jika rezim Presiden Assad jatuh, tidak ada lagi pijakan pengaruh Rusia di Timur Tengah.

Adapun bagi Iran, Suriah adalah mitra strategisnya sejak revolusi Iran tahun 1979. Iran tidak akan melupakan sikap Suriah yang mendukungnya ketika berperang dengan Irak selama 8 tahun (1980-1988). Iran-Suriah, di samping Hezbollah dan Hamas, kemudian menjadi poros antipengaruh AS di Timur Tengah.

Penasihat diplomasi pemimpin spiritual Iran Ali Khamenei, Ali Akbar Velayati, seperti dikutip kantor berita Iran Fars hari Kamis 23 Februari lalu, mengatakan, rezim Presiden Bashar al-Assad di Suriah sulit dijatuhkan meskipun Barat dan Liga Arab telah mendukung kubu oposisi Suriah. Velayati menambahkan, Barat dan Liga Arab telah lupa bahwa Iran, Irak, Hezbollah, Rusia, dan China mendukung secara kuat rezim Presiden Assad.

Sebaliknya bagi Barat, jatuhnya rezim Presiden Assad akan membuka jalan semakin berkibarnya hegemoni Barat di Timur Tengah. Bahkan Barat melihat jatuhnya rezim Presiden Assad akan memperlemah musuh-musuhnya di Timur Tengah, seperti Iran dan Hezbollah. Iran dan Hezbollah tinggal menunggu giliran untuk digarap setelah jatuhnya rezim Presiden Assad nanti.

Karena itu, bisa dipahami sanksi-sanksi cukup keras yang dilakukan Barat dan GCC terhadap Suriah terakhir ini, seperti pengusiran dubes Suriah dari negara-negara anggota GCC dan sejumlah negara barat seperti Perancis, Italia, Spanyol, Belanda, dan Australia. GCC juga menarik para dubesnya dari Suriah. Bahkan, Barat kini mulai mensinyalir tentang kemungkinan menyuplai senjata ke tentara Suriah bebas (FSA) yang beroposisi.

Namun jika Barat menyuplai senjata ke kubu oposisi di Suriah, perang saudara berkepanjangan tidak bisa dihindari. Kawan-kawan setia rezim Damaskus tentu tidak akan tinggal diam. Mereka juga akan menyuplai senjata ke rezim Damaskus. Ingat perang saudara di Lebanon yang berlangsung selama 15 tahun (1975-1990) dan perang saudara di Somalia yang berlangsung sejak jatuhnya rezim Siad Berri tahun 1991 hingga saat ini.

Tidak ada pilihan solusi lain di Suriah, kecuali Barat di satu pihak serta Rusia, China, dan Iran di pihak lain mencapai solusi kompromi yang semua pihak sama-sama memberi konsesi, atau dengan kata lain ada win win solution. Solusi kompromi itu yang mungkin akan diperjuangkan Kofi Annan dalam misinya di Suriah saat ini.

Misi Annan memang kini menghadapi sandungan karena sejumlah tokoh oposisi menolak tawaran solusi politiknya. Namun, sekali lagi, keputusan soal Suriah tidak hanya di tangan kubu oposisi, tetapi juga di ibu kota negara-negara lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com