Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China-Turki Tingkatkan Volume Perdagangan

Kompas.com - 23/02/2012, 02:41 WIB

Istanbul, Rabu - Perusahaan Turki dan China menandatangani kontrak dengan nilai total 1,38 miliar dollar AS. Kedua negara sepakat meningkatkan hubungan di masa datang.

Menteri Perekonomian Turki Zafer Caglayan di Istanbul, Rabu (22/2), mengatakan, ”Hari ini perusahaan Turki dan China akan menandatangani kesepakatan bisnis senilai 1,38 miliar dollar AS.” Penandatangan tersebut disaksikan oleh Wakil Presiden China Xi Jinping.

Kesepakatan bisnis itu mencakup sektor ekspor, keuangan, dan investasi pada bidang energi. Dalam rangka meningkatkan hubungan kedua negara, Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan dijadwalkan akan berkunjung ke China pada pekan kedua April mendatang. Dia akan membawa serombongan pengusaha Turki.

Xi berkunjung ke Istanbul setelah lawatan ke AS dan Irlandia. Perdagangan merupakan isu utama pada kunjungan Xi ke Turki kali ini.

Meningkat

Perdagangan antara Turki dan China meningkat dari 1 miliar dollar AS pada tahun 2000 menjadi 19,5 miliar dollar AS pada tahun 2010. Akan tetapi, defisit perdagangan sangat menguntungkan China. Kedua negara menargetkan meningkatkan volume perdagangan menjadi sebesar 50 miliar dollar AS pada tahun 2015, dan meningkat lagi menjadi 100 miliar dollar AS pada tahun 2020.

Xi yang memulai kunjungannya pada Selasa lalu menyatakan bahwa Beijing berharap akan dapat memperbaiki keadaan di kawasan. Dia juga mengatakan, negara-negara tersebut seharusnya memperbolehkan mengurus masalah domestik mereka masing-masing.

”Kami berharap stabilitas dan keteraturan akan dapat diperbaiki di beberapa negara di kawasan ini sesegera mungkin,” ujar Xi kepada Presiden Turki Abdullah Gul. Dia mengacu pada beberapa negara di Asia selatan dan Afrika utara, tetapi tidak merinci negara mana saja yang dimaksudkannya dalam kalimat tersebut.

Uighur

Xi menambahkan, Beijing sangat ingin berupaya untuk menjaga perdamaian di kawasan. Namun, dia juga menekankan bahwa China mendukung upaya negara-negara untuk mengurus dan mengelola urusan mereka di dalam negeri secara independen.

Kunjungan Xi tersebut dilakukan setelah China dan Rusia menyebabkan kekhawatiran internasional, termasuk Turki, ketika kedua negara itu memveto resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengutuk cara Damaskus menekan para pemrotes di Suriah.

Sebelum calon presiden China itu tiba, sekitar 100 aktivis dari suku minoritas Uighur membakar bendara di dekat hotel tempat Xi menginap di pusat kota Ankara.

Para demonstran membakar bendera China dan meneriakkan slogan-slogan yang menentang perlakuan Beijing terhadap suku Uighur. Suku Uighur yang memeluk agama Islam itu berbahasa Turki dan berkebudayaan lebih dekat ke Asia Tengah ketimbang kebudayaan China.

Suku bangsa yang tinggal di Xinjiang itu beberapa kali bentrok dengan polisi. Para demonstran langsung dihalau polisi Turki agar menjauh dari hotel tempat Xi menginap.

Turki yang sebagian besar penduduknya beragama Islam itu terkait erat dengan komunitas Uighur di China. Ankara menerima penguasaan China atas Xinjiang. Namun, Ankara juga memprotes keras cara China dalam menyelesaikan kerusuhan di kawasan tersebut yang terjadi pada tahun 2009. Ketika itu, Ankara menyebutkan cara tersebut sangat kejam. (AFP/joe)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com