Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekacauan Masuki Hari Keempat

Kompas.com - 20/02/2012, 03:32 WIB

DAKAR, MINGGU - Aparat kepolisian Senegal, Sabtu (18/2), menembakkan gas air mata ke arah para pengunjuk rasa, yang sejak empat hari terakhir ini memprotes rencana pemilihan umum pekan depan.

Empat orang dilaporkan tewas sepanjang empat hari aksi unjuk rasa tersebut. Jumlah korban tewas itu dianggap tidak sebanyak yang terjadi dalam kasus serupa di sejumlah negara di kawasan itu, seperti Pantai Gading, Guinea, dan Kongo.

Para pengunjuk rasa memprotes Presiden Abdoulaye Wade, yang memastikan diri akan maju kembali dalam pemilihan presiden itu, padahal usianya sudah dianggap terlalu tua, 85 tahun. Banyak kalangan mengaku cemas. Jika sang petahana (incumbent) tersebut akan kembali dinyatakan memenangi pemilu hal itu akan memicu kekacauan di sana.

Sabtu kemarin, sebanyak 23.000 anggota kepolisian dan anggota militer datang awal ke tempat pemungutan suara untuk memilih.

Saat itu, menurut laporan pengamat Uni Eropa, proses pemilihan berlangsung tenang dan lancar. Jika menang, Wade berarti akan memimpin untuk ketiga kalinya di negeri yang rata-rata tingkat harapan hidupnya tak lebih dari 60 tahun itu.

Keresahan di kalangan masyarakat muncul tak lama setelah Mahkamah Agung Senegal, Januari lalu, memutuskan Wade boleh menjadi kandidat dalam pemilu Februari ini

Padahal konstitusi tahun 2001, yang proses penyusunannya ikut diawasi oleh Wade, mengatur presiden dibatasi hanya boleh memimpin maksimal dua kali masa jabatan. Wade maju kembali dengan dalih konstitusi itu tidak berlaku surut dan masa jabatannya sebelum konstitusi disahkan tidak dihitung.

Akibat kekacauan yang terjadi, aktivitas ekonomi di pusat kota terhenti. Para pedagang membarikade toko mereka, sementara para pedagang kaki lima memilih tidak berdagang menyusul tembakan gas air mata yang terus dilepaskan aparat keamanan.

Jumat lalu, polisi menembakkan gas air mata ke dalam masjid, yang dikenal menjadi tempat berkumpul kelompok Persaudaraan Muslim Tidiane. Akibatnya, jemaah lari kocar-kacir menyelamatkan diri. Hal itu memicu kemarahan kelompok yang memiliki pengaruh besar di negeri tersebut.

Kemarahan ditunjukkan ketika anggota kelompok itu mengepung rumah imam berpengaruh di Tivaouane, yang saat kejadian tengah menerima kunjungan Menteri Dalam Negeri Ousmane Ngom dan menghalanginya agar tidak keluar rumah. Mereka juga membakar gedung pemerintah di sana. (AP/DWA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com