Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Libya Desak Niger Serahkan Anak Khadafy

Kompas.com - 11/02/2012, 23:09 WIB
Jimmy S Harianto

Penulis

TRIPOLI, KOMPAS.com- Penguasa Libya hari Sabtu (11/2/2012), mendesak agar negeri tetangganya, Niger, menyerahkan buron mereka, anak Moammar Khadafy yang kini tengah menjalani tahanan rumah di negeri tersebut.

Libya berang setelah dalam sebuah wawancara televisi, Al-Saadi Khadafy, anak mantan pemimpin Libya, ini mengatakan bahwa Libya saat ini terancam pergolakan baru.

Mohammed Hareizi, juru bicara Dewan Transisi Nasional -penguasa sementara Libya saat ini- mengatakan, bahwa Niger hendaknya mengekstradisi Al-Saadi Khadafy serta sejumlah pejabat eks regim Khadafy lainnya, guna "menjaga hubungan baik dan kepentingan" di Libya.

Tuntutan Libya ini diajukan hanya beberapa hari menjelang peringatan 17 Februari, setahun perlawanan rakyat Libya terhadap regim Khadafy yang kemudian berlanjut dengan peperangan saudara, serta berakhir dengan tewasnya diktator Libya Moammar Khadafy.

Al-Saadi, yang tak hanya dikenal sebagai pemain sepak bola profesional pada masanya akan tetapi juga lantaran sering berurusan dengan polisi Eropa berkaitan dengan narkotika dan minuman keras, melarikan diri dari Libya bersama sekitar 30 pengikut setianya ke Niger setelah benteng pertahanan Khadafy, Tripoli, jatuh ke tangan pemberontak pada bulan September tahun lalu.

Niger tolak ekstradisi  

Menteri kehakiman Niger Morou Amadou mengofirmasi bahwa permintaan ekstradisi dari Libya itu sudah diterimanya, akan tetapi Niger menolak mengekstradisi al-Saadi dan pengikut-pengikutnya ke Libya karena kawatir mereka akan tewas jika kembali di Libya.

Meski demikian, Amadou mengatakan pemerintahnya akan sepakat mengekstradisi al-Saadi ke Den Haag (Belanda), memenuhi permintaan pengadilan Kriminal Internasional.

Kepala televisi Al-Arabiya, yang menghubunginya melalui telpon, menyebutkan, anak Khadafy itu mengungkapkan bahwa para pendukung regim mendiang ayahnya, saat ini "mengalami penderitaan luar biasa" di penjara-penjara Libya, di tangan para penguasa baru negeri itu. Dia juga mengatakan, bahwa kepulangannya ke Libya tak akan terjadi.

Al-Saadi juga menuturkan bahwa ia selalu melakukan kontak setiap hari dengan orang-orang di Libya, dan mengklaim bahwa "70 persen warga Libya tidak bahagia dengan keadaan sekarang. Dan bahwa mereka bersedia bekerja sama untuk melakukan perubahan terhadap kondisi ini."  

Anak Khadafy ini juga menunjukkan kegagalan perlucutan senjata yang dilakukan negeri kaya minyak di Afrika Utara yang baru saja dilanda revolusi tersebut. Bahwa banyak mantan pemberontak -yang kini berkuasa- menolak untuk menyerahkan senjata-senjata mereka.

Sedangkan warga Libya mengutarakan keluhannya, mereka sudah bosan dengan kekacauan yang merebak di mana-mana. "Akan ada aksi perlawanan baru di seluruh negeri," ungkapnya dalam wawancara televisi itu. 

Ia juga mengomentari para penguasa negeri Libya saat ini sebagai "sekelompok gangster yang tak bisa mengontrol berbagai kekuatan milisi" di negeri itu.  

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), saat ini ada sekitar 8.000 tawanan tersebar di 60 lokasi penahanan di seluruh Libya. Anak Khadafy yang lain, Seif al-Islam, juga ditangkap oleh pemberontak Libya November lalu di sebuah wilayah terisolasi di gurun. Namun sampai saat ini, tak ada akses sedikit pun dari dunia luar dengan mantan calon pemimpin pengganti Khadafy itu, setelah penguasa Libya mengumumkan Seif al-Islam Khadafy akan diseret ke pengadilan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com