”Proses demokrasi yang sekarang berjalan tidak bisa lagi ditarik mundur atau dihentikan. Semua terjadi setelah periode gelap pada masa lalu,” ujar Presiden Moncef Marzouki, dahulu tokoh aktivis yang diasingkan.
Sementara itu, Abdel Jalil menyebut revolusi Tunisia sebagai ”faktor penentu keberhasilan seluruh perlawanan” yang terjadi di Libya.
Untuk merayakan peringatan tersebut, Pemerintah Tunisia memberikan pengampunan terhadap 9.000 narapidana dan mengubah hukuman mati untuk 100 narapidana menjadi hukuman penjara seumur hidup.
Secara terpisah, profesor hukum Heykel Mahfoudh mengaku sangat optimistis, tetapi cemas dengan masa depan negeri itu. Kondisi ekonomi dan sosial di Tunisia, menurut dia, masih belum jelas.
”Ini terutama soal apa yang akan dilakukan oleh kelompok agama dengan kekuasaan yang mereka menangi dalam pemilihan umum kemarin,” ujarnya.