Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Musim Dingin Mencekam Alaska

Kompas.com - 13/01/2012, 03:18 WIB

ANCHORAGE, KAMIS - Cuaca dingin ekstrem mencekam Negara Bagian Alaska, Amerika Serikat, membuat beberapa kota tertimbun salju dan terisolasi dari dunia luar. Pemerintah mengerahkan pasukan Garda Nasional dan memberi izin khusus bagi kapal Rusia untuk membawa pasokan minyak.

Di Anchorage, ibu kota Alaska, badai salju mulai turun, Kamis (12/1) dini hari, dan diperkirakan akan menutup kota tersebut dengan lapisan salju setebal setengah meter. Kota tersebut mengalami musim dingin terburuk sepanjang sejarah dan salju turun hampir setiap saat sejak Juni-Juli tahun lalu.

Menurut ahli meteorologi Shaun Baines, sejak 1 Juli 2011 sampai Selasa lalu, curah hujan salju di Anchorage telah mencapai 81,3 inci atau dua meter. Ini merupakan periode paling bersalju bagi Anchorage sejak pencatatan cuaca dimulai di kota itu.

Di Cordova—terletak di pesisir perairan Prince William Sound di sebelah tenggara Anchorage— tumpukan salju setebal 4,6 meter memicu Pemerintah Negara Bagian Alaska mengirimkan puluhan personel pasukan Garda Nasional AS.

Sedikitnya dua rumah dan empat bangunan komersial rusak di Cordova akibat tak kuat menahan beban salju di atap. Penghuni sebuah kompleks apartemen juga diungsikan setelah muncul kekhawatiran apartemen itu tak kuat menahan salju.

Tentara Garda Nasional pun mulai kewalahan menyingkirkan tumpukan salju dengan sekop biasa. Pemerintah lokal sampai memesan sekop khusus yang mampu menyingkirkan salju lebih cepat. ”Kami saat ini dibantu pasukan Garda Nasional yang menggunakan sekop biasa, dan mereka sudah kepayahan setiap hari,” tutur juru bicara pemerintah kota Cordova, Tim Joyce.

Dinas Cuaca Nasional AS menyebutkan, suhu pada musim dingin kali ini sangat dingin, bahkan untuk ukuran Alaska—negara bagian di ujung utara Benua Amerika. Suhu rata-rata di Alaska saat ini mencapai minus 35 derajat celsius.

Di Kodiak, kota nelayan di Pulau Kodiak, sebelah selatan Anchorage, beberapa perahu nelayan di pelabuhan bahkan sampai tenggelam karena tak kuat menahan beban salju.

Cuaca ekstrem ini juga memicu bahaya lain, yakni longsoran salju dari pegunungan. Beberapa titik longsor pada hari Rabu menutup jalur jalan raya satu-satunya yang menghubungkan Anchorage dengan kota-kota di sebelah selatan, dan sempat membuat kota resor ski Girdwood terisolasi.

Longsor dan tumpukan salju juga menutup satu-satunya terowongan menuju kota pelabuhan Whittier di Prince William Sound.

Kehabisan bahan bakar

Sekitar 3.500 warga kota Nome di ujung barat Alaska, sekitar 860 kilometer dari Anchorage, terancam kehabisan bahan bakar. Pasokan bahan bakar minyak untuk menghadapi musim dingin, yang seharusnya dikirim akhir musim gugur lalu, gagal dikirim karena terhalang badai.

Izin khusus pun dikeluarkan untuk mengizinkan sebuah tanker Rusia mengirimkan bahan bakar ke daratan AS, sesuatu yang tidak diizinkan menurut UU di AS sejak 1920. Kapal tanker Renda diberangkatkan dari pantai timur Rusia timur jauh dan menyeberang Selat Bering ke Dutch Harbor, Alaska.

Renda, yang membawa 4,9 juta liter bensin dan solar, saat ini sedang berjuang menembus lautan es sepanjang sekitar 300 kilometer dengan dikawal kapal pemecah es Healy milik Penjaga Pantai AS. Hingga Rabu siang, kedua kapal masih terjebak di tengah laut, sekitar 160 kilometer sebelah selatan Nome.

Mereka dijadwalkan tiba di Nome, Senin lalu. Namun, karena tebalnya lapisan es yang mencapai 1,2 meter dan arus laut yang kuat, perjalanan kapal tersebut tersendat-sendat.

Juru bicara satuan Penjaga Pantai Anchorage, David Mosley, mengatakan, sepanjang hari Selasa, kedua kapal tersebut hanya berhasil menempuh jarak 14,5 kilometer sebelum terhanyut arus laut lagi sehingga total kemajuan yang mereka dapat hanya sejauh 9,6 kilometer.

Menurut juru bicara Penjaga Pantai AS, Veronica Colbath, cuaca dingin yang ekstrem (suhu mencapai minus 50 derajat celsius di sekitar kapal) membuat lapisan es, yang sudah dipecah oleh Healy, kembali terbentuk di sekitar Renda. Healy berulang kali harus memutar untuk membebaskan kapal tanker itu dari jebakan es.(Reuters/AFP/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com