Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hasanuddin: Naif Sekali kalau Ada "Sniper"

Kompas.com - 29/12/2011, 18:32 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Selain menerjunkan pasukan lengkap dengan senjata api untuk menghadapi para pendemo, Kepolisian ternyata juga menyiagakan penembak jitu atau sniper sebelum membubarkan paksa aksi unjuk rasa di Pelabuhan Sape, Bima, Nusa Tenggara Barat.

Hal itu diungkap perwakilan warga Bima dan para aktivis ketika menemui anggota Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) di Komplek DPR, Kamis (29/12/2011). Awalnya, mereka akan mengadu ke Komisi III. Lantaran DPR tengah reses, mereka diterima Fraksi PDI-P.

Mereka mengadukan kekerasan yang dilakukan Kepolisian ketika pembubaran unjuk rasa yang menewaskan tiga orang. Mereka juga memutarkan video sebelum kejadian. Dalam video terlihat dua sniper yang berdiri dan tiarap di atap gedung.

Wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanuddin mempertanyakan penempatan sniper itu. Dia menilai tindakan Kepolisian bukan bentuk pengendalian massa melainkan penyerbuan.

"Kalau ada pengendalian massa, itu naif sekali kalau ada sniper. Sepertinya menghadapi peperangan. Artinya menempatkan rakyat itu sebagai musuh yang harus dibunuh," kata Hasanuddin.

Arif Kurniawan, salah satu warga Bima mengatakan, masyarakat terpaksa menduduki Pelabuhan Sape lantaran selama satu tahun pemerintah daerah serta DPRD tidak menanggapi tuntutan warga agar penambangan dihentikan.

"Bayangkan, masyarakat di sana mayoritas petani bawang untuk diekspor ke luar daerah. Ketika lahannya akan dijarah, siapa yang mau terima?" kata Arif.

Dia membantah pernyataan Kepolisian bahwa warga anarkis dengan membawa parang dan tombak. "Petani identik dengan parang di sana. Kalau ke sawah bawa parang. Kenapa tombak? Karena untuk membunuh babi pakai tombak. Di sana banyak babi. Itu bukan untuk melawan. Kalau pun masyarakat melawan, pasti ada anggota yang cedera. Tapi mereka tidak melawan karena menginginkan persoalan secara damai," ucap dia.

Trimedya Panjaitan anggota Komisi III DPR mengatakan, Komisi III akan meminta penjelasan Kepala Polri Jenderal (Pol) Timur Pradopo terkait peristiwa itu setelah masa reses. Selain itu, Komisi III juga menjadwalkan akan berkunjung ke Bima.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Rayakan Ulang Tahun Ke 55, Anies Gelar 'Open House'

    Rayakan Ulang Tahun Ke 55, Anies Gelar "Open House"

    Nasional
    KSAU Tinjau Kesiapan Pengoperasian Jet Tempur Rafale di Lanud Supadio Pontianak

    KSAU Tinjau Kesiapan Pengoperasian Jet Tempur Rafale di Lanud Supadio Pontianak

    Nasional
    Jokowi: Alat Komunikasi Kita Didominasi Impor, Sebabkan Defisit Perdagangan Rp 30 Triliun

    Jokowi: Alat Komunikasi Kita Didominasi Impor, Sebabkan Defisit Perdagangan Rp 30 Triliun

    Nasional
    Wapres Ma’ruf Amin Minta Penyaluran Dana CSR Desa Diperhatikan agar Tepat Sasaran

    Wapres Ma’ruf Amin Minta Penyaluran Dana CSR Desa Diperhatikan agar Tepat Sasaran

    Nasional
    Hakim MK Tegur KPU karena Renvoi Tak Tertib dalam Sengketa Pileg

    Hakim MK Tegur KPU karena Renvoi Tak Tertib dalam Sengketa Pileg

    Nasional
    Soal Silaturahmi Kebangsaan dengan Presiden dan Wapres Terdahulu, Bamsoet: Tinggal Tunggu Jawaban

    Soal Silaturahmi Kebangsaan dengan Presiden dan Wapres Terdahulu, Bamsoet: Tinggal Tunggu Jawaban

    Nasional
    Hormati Ganjar, Waketum Gerindra: Sikap Oposisi Bukan Pilihan yang Salah

    Hormati Ganjar, Waketum Gerindra: Sikap Oposisi Bukan Pilihan yang Salah

    Nasional
    Ganjar Pilih di Luar Pemerintahan, Bamsoet: Boleh, tapi Kita Bekerja Gotong Royong

    Ganjar Pilih di Luar Pemerintahan, Bamsoet: Boleh, tapi Kita Bekerja Gotong Royong

    Nasional
    Hanya Ada 2 'Supplier' Indonesia yang Pasok Perangkat untuk Apple, Jokowi: Memprihatinkan

    Hanya Ada 2 "Supplier" Indonesia yang Pasok Perangkat untuk Apple, Jokowi: Memprihatinkan

    Nasional
    Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House, Anggarannya Hampir 1 Triliun

    Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House, Anggarannya Hampir 1 Triliun

    Nasional
    KPK Didesak Usut Pemberian THR ke Anggota DPR dari Kementan, Panggil Bersaksi dalam Sidang

    KPK Didesak Usut Pemberian THR ke Anggota DPR dari Kementan, Panggil Bersaksi dalam Sidang

    Nasional
    Pabrik Bata Tutup, Jokowi: Usaha Itu Naik Turun, karena Efisiensi atau Kalah Saing

    Pabrik Bata Tutup, Jokowi: Usaha Itu Naik Turun, karena Efisiensi atau Kalah Saing

    Nasional
    KPU Ungkap Formulir C.Hasil Pileg 2024 Paniai Dibawa Lari KPPS

    KPU Ungkap Formulir C.Hasil Pileg 2024 Paniai Dibawa Lari KPPS

    Nasional
    Soal 'Presidential Club' Prabowo, Bamsoet Sebut Dewan Pertimbangan Agung Bisa Dihidupkan Kembali

    Soal "Presidential Club" Prabowo, Bamsoet Sebut Dewan Pertimbangan Agung Bisa Dihidupkan Kembali

    Nasional
    KPK Periksa Dirut Nonaktif PT Taspen Antonius Kosasih

    KPK Periksa Dirut Nonaktif PT Taspen Antonius Kosasih

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com