Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika 3 Perempuan Bertindak untuk Perdamaian

Kompas.com - 12/12/2011, 16:12 WIB

Penulis buku berjudul, Mighty Be Our Powers: How Sisterhood, Prayer, and Sex Changed a Nation at War, ini tak hanya menjadi konselor di Liberia, tetapi juga di negara-negara Afrika lainnya seperti Kongo.

"Tahun 2003 merupakan tahun yang sulit. Kami telah hidup dalam konflik selama 14 tahun. Kami, sekelompok perempuan memutuskan untuk melakukan aksi damai, melalui demonstrasi, berpuasa, dan berdoa," katanya seperti dikutip BBC untuk Africa programme.

Pengaruh besar Gbowee dan semangatnya yang tak pernah padam untuk memperjuangkan perdamaian di Liberia membuatnya terpilih sebagai satu dari tiga penerima nobel. "Saya bingung. Saya terharu. Ini pertama kalinya dalam 39 tahun, saya tak bisa berkata-kata," ucapnya saat menerima nobel perdamaian 2011.

"Ia adalah pejuang perdamaian, sosok berani yang tak pernah menyerah," kata Amanor Leymah, asisten Gbowee.

Untuk kemerdekaan dan martabat
"Terima kasih atas penghargaan ini, yang menjadi kehormatan bagi saya secara personal, juga untuk negara saya, Yaman, untuk perempuan Arab, untuk semua perempuan di seluruh dunia, untuk semua orang yang menyuarakan kemerdekaan dan martabat," ucap Tawakkol Karman, aktivis pro-demokrasi dari Yaman, penerima Nobel perdamaian 2011 termuda.

Karman adalah jurnalis dan aktivis Yaman, perempuan Arab pertama penerima hadiah Nobel perdamaian. Ibu tiga anak berusia 32 ini dikenal sebagai aktivis dan advokat hak asasi manusia, dan pejuang kebebasan berpendapat, selama lima tahun terakhir. Ia juga aktif melakukan aksi pembebasan tahanan politik di Yaman.

Komite hadiah Nobel dari Norwegia, melihat Karman sebagai sosok pejuang yang aktif menyuarakan hak asasi perempuan dan memperjuangkan perdamaian. Kriteria inilah yang juga dimiliki dua perempuan Afrika, penerima Nobel perdamaian 2011.

Kepada jaringan BBC di negara Arab, Karman mengungkapkan, "Saya sangat bahagia mendengar berita mengenai penghargaan ini, dan saya dedikasikan ini (hadiah Nobel) untuk para martir dan mereka yang terluka di Tunisia, Mesir, Yaman, Libia, dan Syiria, juga untuk semua manusia merdeka yang memperjuangkan hak-hak nya dan kemerdekaan."

Saat ini Karman aktif sebagai anggota partai oposisi terbesar di Yaman, Islah. Ia juga memperjuangkan perubahan usia pernikahan minimum untuk perempuan Yaman. Karman, dengan aktivismenya, pernah dipenjara beberapa kali. Ia pun berpenampilan berbeda dengan kebanyakan perempuan Yaman, ia menggunakan jilbab tanpa penutup wajah seperti perempuan lain di negaranya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com