Pemimpin utama Khmer Merah, Pol Pot, tewas pada tahun 1998 di sebuah hutan saat dijadikan tahanan rumah oleh bekas rekannya sendiri. Semasa berkuasa, dia berupaya membangun utopia agraris di Kamboja.
Dalam sidang itu, Samphan menuduh bukti-bukti yang digelar di pengadilan lebih banyak diperoleh dari pemberitaan surat kabar lama dan buku-buku, yang disebutnya tak lebih dari sekadar ”kisah dongeng”.
Dia juga mengingatkan, penderitaan yang terjadi ketika itu juga diperparah serangan bom militer AS saat berperang dengan Vietnam.
”Apa kalian dapat membayangkan apa yang kemudian dihadapi Kamboja ketika itu setelah berbagai pembunuhan berdarah dan perang yang terjadi?” gugatnya.
Sehari sebelumnya, Nuon Chea menekankan peran dan jasa-jasanya melindungi kedaulatan Kamboja. Khmer Merah percaya Vietnam hendak menjajah Kamboja dan berada di balik berbagai persoalan yang muncul saat itu.
Pengadilan internasional yang didirikan tahun 2006 itu telah menggelar sidang atas penjahat perang, Kaing Guek Eav, mantan kepala penjara Tuol Sleng sekaligus kamp penyiksaan. Hukuman atas Eav dikurangi 19 tahun dari masa tahanan 35 tahun yang divoniskan kepadanya.