Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia Ancam Keluar dari START

Kompas.com - 23/11/2011, 21:22 WIB
Dahono Fitrianto

Penulis

MOSKWA, KOMPAS.com - Presiden Rusia, Dmitry Medvedev, mengeluarkan pernyataan keras dan mengejutkan, terkait keberatan Rusia terhadap rencana program perisai rudal Eropa yang digagas Amerika Serikat.

Moskwa mengancam akan menggelar sistem rudal penyerangnya di perbatasan dengan Uni Eropa, dan bahkan mengancam akan keluar dari traktat pengurangan senjata nuklir START.

Pernyataan keras Medvedev itu diberikan, dalam pidato khusus yang disiarkan langsung televisi Rusia dari kediaman resminya di Moskwa, Rusia, Rabu (23/11/2011) malam ini.

Medvedev memperingatkan, jika AS dan sekutu-sekutunya berkeras melanjutkan program perisai rudal Eropa, Rusia akan menggelar persenjataan yang mampu mengalahkan sistem pertahanan Barat tersebut.

Salah satu yang diungkapkan Medvedev adalah melengkapi rudal-rudal Rusia dengan hulu ledak, yang mampu menghancurkan sistem pertahanan antirudal AS di Eropa.

Selain itu, Rusia mempertimbangkan menggelar sistem persenjataan tambahan di kawasan barat dan selatan negara itu, termasuk di Kaliningrad, wilayah Rusia yang berada di tengah-tengah kawasan Baltik, berbatasan langsung dengan dua anggota Uni Eropa, yakni Polandia dan Lithuania.

"Federasi Rusia akan menggelar sistem persenjataan modern di bagian barat dan selatan negara ini. Salah satu rencananya adalah menggelar sistem rudal Iskander di Kaliningrad," tandas Medvedev.

Rudal Iskander adalah salah satu rudal balistik berhulu ledak konvensional buatan Rusia, yang memiliki jarak tembak hingga 500 kilometer. Oleh NATO, rudal ini dijuluki SS-26.

Selain itu, Rusia juga mengancam akan menghentikan seluruh proses perlucutan senjata dan program pengendalian senjata yang berkaitan, termasuk keluar dari perjanjian START (Strategic Arms Reduction Treaty), yakni perjanjian pengurangan senjata nuklir Rusia dengan AS.

Medvedev dan Presiden AS, Barack Obama, menandatangani pembaruan perjanjian START pada April 2010. Parlemen kedua negara telah meratifikasi perjanjian itu awal tahun ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com