Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"The Lady" dan Wajah Baru Media Massa

Kompas.com - 23/11/2011, 02:31 WIB

Saat Pemerintah Myanmar perlahan memperlonggar kontrol media, wajah seorang perempuan ada di mana-mana, dari surat kabar, majalah, hingga acara televisi. Itulah wajah pemimpin prodemokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi, yang dikenal dengan sebutan ”The Lady” di negaranya.

”The Lady itu bagus untuk bisnis,” kata Ko Lynn, editor senior pada jurnal mingguan Yangon. Jurnal itu satu dari banyak penerbitan yang menikmati sedikit kelonggaran dalam bulan-bulan akhir dari peraturan ketat pemerintah bagi media.

”Sebelum ini, kami mencetak sekitar 6.000 eksemplar. Sekarang 10.000 eksemplar.”

Keputusan Suu Kyi, Senin lalu, untuk mencalonkan diri dalam pemilu sela mendatang menimbulkan harapan bahwa demokrasi mungkin telah berakar di salah satu negara paling terkucil dan paling otoriter dunia.

Namun, kenyataan bahwa media Myanmar meliput berita itu adalah juga berita.

Selama setengah abad, setiap lagu, buku, karikatur, berita, dan karya seni yang direncanakan harus mendapat persetujuan dari tim sensor. Tim ini bertugas menyingkirkan pesan politis dan kritik terhadap sistem otoriter Myanmar.

Nama Suu Kyi jarang diucapkan di publik. Gambarnya juga pantang ditampilkan di surat kabar sejak dia mulai menentang penguasa Myanmar lebih dari dua dekade lalu.

Peraih Hadiah Nobel Perdamaian itu dibebaskan November lalu setelah menjalani 15 dari 21 tahun terakhir dalam tahanan. Sampai belum lama ini, surat kabar tetap tidak berani memberitakan tentang dirinya.

Namun, tampaknya Myanmar akhirnya berubah. Masa hampir setengah abad pemerintahan militer berakhir Maret lalu ketika sebuah parlemen sipil dibuka tujuh bulan setelah pemilu. Walau badan legislatif penuh dengan mantan jenderal, mereka tidak lagi mengharapkan media yang dikontrol ketat, yang tahun lalu ada di urutan ke-174 dari 178 negara dalam indeks kebebasan pers yang dibuat oleh organisasi Reporters Without Borders.

Pergeseran sikap terlihat dalam sebuah debat publik mengenai rencana pemerintah untuk membangun sebuah bendungan senilai 3,6 miliar dollar AS yang didanai China di Myitsone, Myanmar utara. Sebanyak 90 persen energi yang dihasilkan adalah untuk China dan sebagian besar kerja konstruksi dilakukan pekerja China.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com