Mina, Kompas -
Namun, berdasarkan pengamatan wartawan Kompas,
”Tolong ketua regu agar melaporkan anggotanya yang memaksakan diri melontar jumrah siang hari,” ujar petugas haji.
Ketika ada rombongan jemaah Indonesia yang melintas posko haji di Mina, petugas langsung meminta mereka agar istirahat sejenak, tidak melanjutkan perjalanan ke tempat lempar jumrah. Sebenarnya arus manusia yang berjubel di Mina sudah terlihat sejak Minggu malam.
Di berbagai penjuru kota Mina, orang-orang berjubel di pinggir jalan. Bahkan, mereka sengaja tidur di pinggir jalan hingga dini hari. Menginap atau mabit di dekat lokasi lempar jumrah diyakini oleh sejumlah umat Islam bisa menambah kelengkapan ibadah haji.
Saat ini, jemaah haji yang melontar jumrah melewati terowongan Mina sudah relatif tertib dan teratur. Sekarang, arus orang yang pergi dan pulang dari melempar jumrah melalui terowongan sudah terpisah. Dengan begitu, jemaah yang berangkat dan pulang tidak saling berpapasan.
Selain itu, di pintu terowongan dan lokasi di jalan menuju tempat melontar jumrah dijaga petugas untuk memperlancar arus masuk keluar jemaah. Tragedi Mina beberapa tahun lalu terjadi karena terowongan masih satu sehingga arus manusia yang masuk keluar bertabrakan di terowongan.
Jemaah haji Indonesia yang meninggal hingga Senin berjumlah 119 orang. Jemaah yang sakit dan harus dirawat 524 orang. Dari jumlah itu, di BPHI Mina saja, jemaah yang menjalani rawat inap dan rawat jalan sebanyak 156 orang.
Jemaah haji umumnya menderita infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) yang ditandai dengan batuk dan pilek yang terus-menerus. Menurut dr Trisnawarman, tim medis yang menangani jemaah haji di Kelompok Terbang 52, ISPA terjadi karena pasien terkena debu, kecapaian, dan kurang istirahat.
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.