KOMPAS.com — Perancis dan Jerman seakan menjadi dua sekutu tak terpisahkan terkait krisis mata uang euro. Makanya, masuk akal andai agenda tentang krisis yang berfokus di Eropa ini mendominasi pertemuan negara-negara G-20 di Cannes, Perancis.
Menurut warta AP dan AFP, Rabu (3/11/2011), Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Perancis Nicolas Sarkozy, menjelang awal pertemuan, sudah berbicara mengenai nasib Yunani. Keduanya sepakat kalau Yunani tak akan dapat bantuan bila Negeri Para Dewa itu tidak menyatakan komitmen tetap menggunakan euro serta memenuhi kewajibannya. "Yunani tidak akan mendapatkan bantuan lebih satu sen pun dari Dana Moneter Internasional (IMF) sampai Yunani memenangi referendum 4 Desember 2011," kata Sarkozy.
Referendum Yunani bertujuan sebagai penentu negeri itu menerima atau menolak bantuan dari Eropa. Tanpa bantuan, menurut para pejabat tinggi di Cannes, Yunani tak akan dapat membayar pegawai negeri dan menghadapi utang besar yang dapat memaksa negara itu meninggalkan mata uang euro. "Kami tidak ingin euro dihancurkan, kami tidak ingin Eropa hancur," kata Sarkozy yang didampingi Kanselir Jerman Angela Merkel.
China
Uni Eropa sebelumnya meminta bantuan China berinvestasi membantu negara yang dililit utang. Namun, Negeri Tembok Raksasa mengatakan tidak dapat berjanji untuk membantu sampai situasi di Yunani jelas."Eropa yang harus menangani masalahnya sendiri," tegas Presiden China Hu Jintao.
Saham-saham di Asia dan Eropa pada perdagangan pagi anjlok menjelang pertemuan para pemimpin G-20 ini. Perdagangan pagi saham-saham di Eropa turun antara 1,5 persen sampai 2,5 persen di tengah kekhawatiran bangkrutnya Yunani.
Pertemuan puncak G-20, yang juga dihadiri oleh pemimpin dari negara Asia lain termasuk Jepang, Indonesia, dan India akan berlangsung selama dua hari.