Walau rincian rencana itu belum jelas, penguasa Libya, Dewan Transisi Nasional (NTC), menyebut Saif berada dalam perlindungan suku pengembara Sahara, Touareg. Laporan intelijen NTC menyebutkan, Saif tengah berupaya mencari pesawat untuk melarikan diri dari tempat persembunyiannya sekarang ke sebuah lokasi aman di luar negeri.
Kekhawatiran Saif beralasan menyusul kematian tragis ayah dan adiknya, Mutassim, di tangan pasukan NTC saat mereka dan rombongan para pengawal setia terjebak dan tertangkap di tanah kelahiran Khadafy di Sirte.
Menurut pejabat NTC, Saif diketahui berhasil menyeberang ke Nigeria, tetapi belum berhasil menjalankan niatnya menyerahkan diri ke pengadilan kejahatan perang (ICC) di Den Haag.
”Sejumlah kontak telah dilakukannya (Saif) ke beberapa negara tetangga (Nigeria), seperti Mali dan Afrika Selatan, untuk meminta bantuan mereka mengeluarkannya dari sana. Namun, sampai sekarang dia masih menunggu kepastian,” ujar pejabat NTC itu.
Sayangnya, belum ada verifikasi independen yang bisa diperoleh terkait klaim NTC ini. Sebelum kematian Khadafy, NTC pernah melakukan kesalahan, mengklaim berhasil mengalahkan dan menangkap ”sang kolonel”.
Walaupun Saif berhasil keluar dari tempat persembunyiannya memanfaatkan kekayaan klan Khadafy yang berlimpah itu, upaya tersebut tidak bermanfaat banyak. Saif dikenal berperan besar dalam berbagai upaya pembunuhan dan pemberangusan aksi perlawanan oposisi sejak awal pergolakan di negeri itu.
Dengan latar belakang itu, wajar Saif ingin mencari selamat dengan cara menyerahkan diri ke ICC.
Sebelumnya, ibu Saif dan beberapa saudaranya yang masih hidup juga melarikan diri ke Aljazair dan Nigeria.