Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gagal Penuhi Komitmen ICPD

Kompas.com - 27/10/2011, 05:32 WIB

Oleh Maria Hartiningsih

Diskriminasi adalah ”makanan sehari-hari” kaum waria atau transjender. Bahkan, Mariani (52) dari Pondok Pesantren Waria kerap menerima cercaan dan hinaan ketika hendak beribadah.

”Kalau cuma dibilang haram, najis, itu sudah biasa,” ujarnya di sela-sela Konferensi Asia Pasifik Ke-6 Hak-hak dan Kesehatan Seksual dan Reproduksi (APCSRHR) di Yogyakarta, pada 19-22 Oktober 2011.

Ines (24) juga kerap mengalami tindakan tak menyenangkan. ”Apalagi saya kerja di jalanan. Susah mencari pekerjaan untuk orang seperti saya, apalagi hanya lulus SMP,” katanya.

Diskriminasi verbal dan ancaman kekerasan fisik dialami kelompok transjender di mana pun. ”Ada undang-undang antidiskriminasi yang baru disahkan, tetapi berat implementasinya,” ujar Rani Ravudi dari Survival Advocacy Network Fiji (SAN Fiji).

Hak-hak dan kesehatan reproduksi dan seksual (SRHR) merupakan isu universal. Semua orang, muda-tua, maskulin-feminin, kaya-miskin, menghadapi risiko sama terkait kesehatan reproduksi dan seksual. Namun, kelompok lesbian, gay, biseksual, transjender, queer, dan interseks mengalami diskriminasi paling parah. Mereka dipinggirkan karena orientasi seksual dan identitas jendernya, serta menghadapi ancaman dari kaum homofobia dan ekstremis transfobia.

Bahkan, sikap Pemerintah Thailand terhadap kelompok nonheteroseksual yang semula relatif ”lebih longgar” mulai berubah. Seperti diungkapkan Dr Arnika Fuhrmann dari Universitas Hongkong pada sesi diskusi mengenai politik seksual, Sabtu (22/10), Kementerian Kebudayaan Thailand semakin serius memobilisasi seruan menolak perilaku homoseksual.

Terpinggir

Masyarakat negara-negara Asia-Pasifik terdiri dari berbagai bentuk politik, agama, dan keyakinan normatif yang heterogen, tetapi tak cukup menghargai hak-hak dan kebutuhan individu serta kelompok minoritas, termasuk dalam hal orientasi seksual.

SRHR merupakan wilayah kontestasi politik yang paling serius karena benturan antara moral (agama) dan realitas sosial. Dimensi politik dalam isu ini sangat kental. Kaum gay mendapat stigma buruk sebagai pendosa dan penyebar AIDS ketika Reagan (dari Partai Republik) berkuasa sehingga riset tentang HIV terlambat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com