Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Moammar Khadafy Tewas

Kompas.com - 21/10/2011, 02:49 WIB

Pemimpin Barat menyambut tewasnya Khadafy dan menyebutnya sebagai akhir dari tirani, kediktatoran, dan perang besar di negara itu. Uni Eropa menyambut tewasnya Khadafy sebagai ”akhir dari sebuah era despotisme, pemerintahan dengan kekuasaan absolut”.

Presiden UE Herman van Rompuy dalam pernyataan bersama dengan Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso juga mengatakan, ”peristiwa ini sekaligus akhir dari represi panjang yang dialami oleh rakyat Libya”.

Sambutan serupa disampaikan Presiden Parlemen Eropa Jerzy Buzek, yang dijadwalkan mengunjungi Libya akhir pekan ini. ”Saya gembira akan mengunjungi negara yang sepenuhnya bebas dari seorang diktator yang memerintah dengan tangan besi selama lebih dari 40 tahun. Sekarang Libya bisa membuka lembaran baru,” ujar Buzek.

Senator Amerika Serikat dan mantan kandidat presiden Partai Republik, John McCain, mengatakan, kematian Khadafy menandai akhir dari tahap pertama revolusi Libya.

”Rakyat Libya telah membebaskan negeri mereka. Kini mereka bisa memfokuskan seluruh kemampuan untuk memperkuat persatuan, membangun kembali ekonomi, dan melanjutkan transisi ke arah demokrasi,” ujar politisi senior itu.

Namun, belum ada pernyataan resmi dari Pemerintah AS. Victoria Nuland, juru bicara Kementerian Luar Negeri AS yang sedang mendampingi Menlu Hillary Rodham Clinton di Afganistan, mengatakan, pihaknya sudah mendengar berita ”penangkapan atau tewasnya Moammar Khadafy”.

Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi mengatakan, perang sudah berakhir setelah pemerintahan sementara Libya mengumumkan tewasnya Khadafy. ”Sic transit gloria mundi,” kata Berlusconi dalam bahasa Latin, seperti dikutip kantor berita ANSA, yang berarti kemuliaan di dunia telah berlalu. ”Perang kini sudah berakhir,” ucapnya.

Sebelum berita itu dikonfirmasi, Menteri Luar Negeri Italia Franco Frattini mengatakan, tewasnya Khadafy adalah kemenangan besar bagi rakyat Libya. ”Libya akhirnya bebas dan segera dapat membentuk pemerintahan lewat pemilihan umum yang demokratis,” ujarnya.

Libya adalah koloni Italia sejak 1911 hingga Perang Dunia II. Kedua negara kemudian menjadi sekutu dekat dan mitra ekonomi sejak pakta persahabatan ditandatangani Berlusconi dan Khadafy tahun 2008.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menanggapi kabar tewasnya Khadafy dengan menyerukan persatuan nasional dan rekonsiliasi, tanpa balas dendam.

”Pasukan yang bertikai harus meletakkan senjata dengan damai. Masa depan Libya akan sulit dan penuh tantangan,” ujar Ban, yang menjamin dukungan PBB bagi pemerintahan transisi Libya untuk membangun negeri itu.(ap/afp/reuters/dwa/was)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com