Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Moammar Khadafy Tewas

Kompas.com - 21/10/2011, 02:49 WIB

Tripoli, Kamis - Perburuan selama dua bulan berakhir, Kamis (20/10). Dewan Transisi Nasional Libya mengumumkan bahwa pemimpin Libya dalam pelarian, Moammar Khadafy, tewas dalam serangan yang dilakukan ke kantong pertahanan terakhir loyalis Khadafy di Sirte, Libya.

Perdana Menteri Dewan Transisi Nasional (NTC) Libya Mahmoud Jibril mengonfirmasi terbunuhnya Khadafy, yang menguasai Libya selama hampir 42 tahun. ”Kami telah menunggu saat ini sejak lama. Moammar Khadafy telah tewas,” kata Jibril dalam konferensi pers di Tripoli.

Laporan awal dari pasukan NTC menyebutkan, Khadafy terkepung bersama pendukungnya yang tersisa dalam pertempuran sengit di kampung halaman mantan pemimpin berusia 69 tahun tersebut. Mereka menyebut Khadafy terluka di kaki dan kepala saat ditangkap.

Laporan lain menyebutkan, sejumlah kendaraan berisi loyalis Khadafy berusaha melarikan diri dari Sirte dan dihantam oleh serangan udara NATO. Namun, belum jelas apakah Khadafy berada di dalam kendaraan itu.

Stasiun televisi Al-Jazeera menayangkan video pendek yang direkam menggunakan telepon seluler, memperlihatkan sosok yang diyakini mantan penguasa otoriter Libya itu tertelungkup dengan telanjang dada.

Di sekelilingnya tampak beberapa pasang kaki bersepatu lars militer. Ujung sepucuk senjata laras panjang juga ikut terekam. Pasukan NTC kemudian membalikkan tubuh itu dan terlihat wajah yang berlumuran darah dengan luka di bagian belakang kepala dekat telinga. Wajah pria tersebut mirip Khadafy, dengan kumis dan janggutnya yang khas.

Menurut saksi mata, jenazah Khadafy sempat dibawa untuk dipertontonkan di kota terdekat di Misrata. Jenazah disebutkan disimpan di salah satu masjid di kota itu.

Kolonel Roland Lavoie, juru bicara markas operasional NATO di Napoli, Italia, mengatakan, serangan udara NATO, Kamis pagi, menghantam dua kendaraan pro-Khadafy yang termasuk ”kelompok besar yang bermanuver di sekitar Sirte”.

Namun, para pejabat NATO belum bisa mengonfirmasi apakah Khadafy berada di dalam kendaraan itu dan benar-benar telah tewas. Menurut mereka, perlu waktu untuk memastikan hal tersebut.

Berita terbunuhnya Khadafy menjadi klimaks dari revolusi yang dimulai Februari lalu seiring merebaknya protes anti-pemerintah di Afrika Utara dan Arab. Pasukan Khadafy yang mencoba menindas unjuk rasa kemudian menghadapi perlawanan oposisi yang dibantu serangan udara NATO, hingga akhirnya oposisi berhasil menguasai Tripoli pada 22 Agustus lalu.

Sejak itu, posisi Khadafy tidak diketahui dan terus diburu pasukan NTC. Beberapa pekan terakhir, pasukan NTC menyerbu Bani Walid dan Sirte, dua kota terakhir yang masih dikuasai loyalis Khadafy. Bani Walid dapat dikuasai pasukan NTC beberapa hari lalu, disusul serangan terakhir di Sirte yang mengakibatkan tewasnya Khadafy.

Pejabat NTC mengatakan, dalam pertempuran terakhir itu menteri pertahanan rezim Khadafy, Abu Bakr Yunis, tewas tertembak. Mereka juga mengklaim menemukan jenazah Mutassim, putra keempat Khadafy, dan membawa kedua jenazah tersebut ke Misrata.

Tersebar

Letusan senjata ke udara dan teriakan ”Allahu Akbar” berkumandang di ibu kota Tripoli segera setelah berita tewasnya Khadafy tersebar. Warga berpelukan dan suara klakson mobil bersahut-sahutan merayakan akhir era Khadafy.

Di Sirte, pasukan NTC merayakan kejatuhan kota itu setelah pertempuran sengit selama beberapa pekan. Mereka menembakkan senapan ke udara dan mengacungkan kepalan tangan, pisau, dan senjata lainnya ke atas sambil menyanyikan lagu kebangsaan.

Pemerintahan baru Libya mengatakan, mereka akan mengumumkan ”kemerdekaan” negeri itu segera setelah jatuhnya Sirte. Tewasnya Khadafy dinilai memperkuat soliditas rakyat memasuki era baru.

Momen ini mengakhiri kekhawatiran bahwa Khadafy melarikan diri ke wilayah gurun di selatan Libya dan memimpin pasukan perlawanan dari sana. Nasib putra Khadafy yang sempat digadang-gadang menjadi penerusnya, Saif al-Islam, hingga kini belum diketahui. Namun, kemampuannya membangun kembali pasukan loyalis Khadafy diragukan dan jauh berkurang dengan tewasnya sang ayah.

”Ini saat bersejarah. Ini akhir dari tirani dan kediktatoran. Khadafy telah menemui nasibnya,” ujar Menteri Informasi NTC Mahmoud Shammam.

”Libya yang baru telah lahir. Ini hari pembebasan yang sesungguhnya. Kami sebelumnya serius ingin membawanya ke sidang yang adil, tetapi Tuhan berkehendak lain,” ujarnya.

Akhir sebuah era

Pemimpin Barat menyambut tewasnya Khadafy dan menyebutnya sebagai akhir dari tirani, kediktatoran, dan perang besar di negara itu. Uni Eropa menyambut tewasnya Khadafy sebagai ”akhir dari sebuah era despotisme, pemerintahan dengan kekuasaan absolut”.

Presiden UE Herman van Rompuy dalam pernyataan bersama dengan Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso juga mengatakan, ”peristiwa ini sekaligus akhir dari represi panjang yang dialami oleh rakyat Libya”.

Sambutan serupa disampaikan Presiden Parlemen Eropa Jerzy Buzek, yang dijadwalkan mengunjungi Libya akhir pekan ini. ”Saya gembira akan mengunjungi negara yang sepenuhnya bebas dari seorang diktator yang memerintah dengan tangan besi selama lebih dari 40 tahun. Sekarang Libya bisa membuka lembaran baru,” ujar Buzek.

Senator Amerika Serikat dan mantan kandidat presiden Partai Republik, John McCain, mengatakan, kematian Khadafy menandai akhir dari tahap pertama revolusi Libya.

”Rakyat Libya telah membebaskan negeri mereka. Kini mereka bisa memfokuskan seluruh kemampuan untuk memperkuat persatuan, membangun kembali ekonomi, dan melanjutkan transisi ke arah demokrasi,” ujar politisi senior itu.

Namun, belum ada pernyataan resmi dari Pemerintah AS. Victoria Nuland, juru bicara Kementerian Luar Negeri AS yang sedang mendampingi Menlu Hillary Rodham Clinton di Afganistan, mengatakan, pihaknya sudah mendengar berita ”penangkapan atau tewasnya Moammar Khadafy”.

Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi mengatakan, perang sudah berakhir setelah pemerintahan sementara Libya mengumumkan tewasnya Khadafy. ”Sic transit gloria mundi,” kata Berlusconi dalam bahasa Latin, seperti dikutip kantor berita ANSA, yang berarti kemuliaan di dunia telah berlalu. ”Perang kini sudah berakhir,” ucapnya.

Sebelum berita itu dikonfirmasi, Menteri Luar Negeri Italia Franco Frattini mengatakan, tewasnya Khadafy adalah kemenangan besar bagi rakyat Libya. ”Libya akhirnya bebas dan segera dapat membentuk pemerintahan lewat pemilihan umum yang demokratis,” ujarnya.

Libya adalah koloni Italia sejak 1911 hingga Perang Dunia II. Kedua negara kemudian menjadi sekutu dekat dan mitra ekonomi sejak pakta persahabatan ditandatangani Berlusconi dan Khadafy tahun 2008.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menanggapi kabar tewasnya Khadafy dengan menyerukan persatuan nasional dan rekonsiliasi, tanpa balas dendam.

”Pasukan yang bertikai harus meletakkan senjata dengan damai. Masa depan Libya akan sulit dan penuh tantangan,” ujar Ban, yang menjamin dukungan PBB bagi pemerintahan transisi Libya untuk membangun negeri itu.(ap/afp/reuters/dwa/was)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com