Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pernikahan Sang Raja, Tanda Usainya Poligami

Kompas.com - 17/10/2011, 15:16 WIB

PUNAKHA, KOMPAS.com — Bentuk poligami yang langka di Butan, yaitu lelaki dan perempuan mengambil beberapa perempuan atau lelaki bersaudara sebagai pasangan, mulai padam saat raja menapaki modernisasi negaranya. Dan, perkawinan kerajaan pada pekan kedua Oktober menjadi tanda lain mengenai padamnya praktik tersebut.

Raja Jigme Khesar Namgyel Wangchuck, yang berusia 31 tahun, menikah dan menganugerahi mahkota bagi Jetsun Pema, perempuan biasa putri seorang pilot pesawat, Kamis (13/10/2011), dalam upacara meriah agama Buddha di ibu kota kuno negara tersebut, Punakha.

Dalam pidatonya saat mengumumkan perkawinan itu pada Mei, Wangchuck menjelaskan bahwa Pema akan menjadi istri satu-satunya. Itu berarti Wangchuck menyudahi tradisi yang diturunkan ayahnya, yang menikahi empat perempuan bersaudara pada 1979. Dinasti Wangchuck berasal dari 1907 dan meliputi empat raja lain sebelum raja saat ini—tiga di antara mereka menikahi lebih dari satu perempuan.

Praktik tersebut berakar dalam tatanan tradisional masyarakat Butan, demikian penjelasan Francoise Pommaret, ahli dan penulis mengenai Butan.

"Tinggal bersama beberapa perempuan bersaudara, yang kebanyakan ditemukan di bagian tengah atau timur Butan, atau bersama beberapa pria bersaudara, yang kebanyakan terdapat di bagian utara, memungkinkan mereka mempertahankan harta di satu keluarga," kata wanita peneliti itu.

Pengaruh luar

Butan, negara kecil di Himalaya yang diapit oleh India dan China, telah bertahan dari pengaruh luar selama berabad-abad.

Negara itu melarang televisi sampai 1999 dan terus membatasi jumlah wisatawan yang mengunjungi desa serta pegunungannya yang memesona dengan peraturan yang memastikan pengeluaran minimum sampai 200 dollar AS per hari.

Namun karena televisi dan internet sekarang tersedia luas serta pendidikan asing kian umum, generasi muda Butan makin berpaling dari beberapa bagian paling tidak lumrah dalam kebudayaan setempat.

Poligami sekarang hanya ada pada segelintir masyarakat, kata Dasha Karma Ura dari Pusat bagi Kajian Butan, sebuah kelompok pemikir.

"Raja hidup pada zaman modern. Ia mengumumkan kepada rakyat negerinya selama pidatonya di parlemen bahwa mereka akan saling mencurahkan hidup mereka sampai kematian memisahkan mereka," katanya.

Keinginan raja untuk bermonogami tak hanya berbeda antara dia dan ayahnya, yang secara sukarela turun takhta pada 2006 untuk memberi jalan kepada putranya dan demokrasi yang baru lahir.

Namun, Wangchuck muda secara terbuka juga memperlihatkan rasa sayangnya, berpegangan tangan dengan ratunya dan bahkan menciumnya di depan umum pada Sabtu (15/10/2011), pada saat terakhir dari tiga hari perayaan umum untuk merayakan pernikahan tersebut.

Mempertontonkan kasih sayang secara terbuka bukan tak lumrah di Butan, tetapi pemandangan raja yang dimabuk asmara begitu terbuka dengan penuh perasaan menandai perpisahan dengan masa lalu.

"Kami tahu mereka sangat saling mencintai," kata Rinzin Dema, murid sekolah menengah yang berada di antara kerumunan warga yang menyaksikan pasangan kerajaan itu pada Sabtu.

"Melihat raja kami dan ratu seperti inspirasi buat kami bahwa pada masa depan kami mesti menjadi suami-istri yang sama seperti itu," kata Dema kepada AFP,  Minggu (16/10/2011).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com