Shinichi, yang terlempar dari tiga besar klasemen umum sejak akhir etape V di Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah, memilih untuk terus agresif. Ia pun mengincar kemenangan di lima etape tersisa Tour d’Indonesia 2011.
Agresivitas itu ia tunjukkan dengan kegemilangannya menutup balapan terakhir dengan finis pertama dalam 2 jam 8 menit 11 detik.
Pertarungan etape terakhir ini masih saja seketat sembilan etape sebelumnya. Balapan diawali dengan kayuhan tempo tinggi pebalap tim Hongkong, Yeung Ying Hon. Ia langsung memimpin balapan sejak kibasan bendera start di depan Museum Vulkanologi, Kintamani, Kabupaten Bangli.
Yeung memimpin hingga 50 kilometer lepas start. Namun, tak lama kemudian, saat ia terkejar rombongan besar pebalap, Shinichi, pebalap berusia 40 tahun, melihat peluang.
Rata-rata hampir semua tim peserta balapan ini mengincar tim Hongkong yang kuat dan solid. Maka, saat Yeung tertangkap rombongan, para pebalap mengira posisi aman.
Namun, pebalap asal Jepang yang telah kenyang dengan pengalaman ini, ditambah kejeliannya, langsung menyerang. Aksi ini diikuti Yeung dan dua pebalap Global Cycling Team, Wim Botman dan Harm de Vries.
Empat pebalap ini memimpin balapan dan terus menjaga posisi hingga membuat selisih waktu dengan rombongan besar mencapai 1 menit 12 detik.
Shinichi pun memanfaatkan peluang terakhir, tiga kali memutari lapangan Renon di Denpasar. Ia pun unggul dalam adu sprint dengan dua pebalap Global Cycling Team, yang finis dalam catatan waktu sama dengan Fukushima. Botman, pemenang etape VI balapan, menghuni posisi kedua etape dengan De Vries di posisi ketiga.
”Seperti sudah saya ungkapkan seusai etape V, saya memilih untuk bersikap agresif, menyerang dan menyerang terus. Kemenangan di etape ini memang saya targetkan,” ujar Shinichi.