Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertaminan-Medco Kehilangan 160.000 Dollar AS Per Hari

Kompas.com - 25/08/2011, 14:57 WIB

MOROWALI, KOMPAS.com - Hingga Kamis (25/8/2011), sudah enam hari aktifitas pengeboran minyak milik JOB Pertamina-Medco di Tiaka, Perairan Teluk Tolo, terhenti sama sekali.

Sedikitnya perusahaan ini kehilangan 160.000 dollar AS per hari akibat terhentinya operasi. Ini dengan hitungan produksi minyak mentah mencapai 1.600 barrel per hari dan harga minyak dunia 100 dollar AS per barrel.

"Kerugian ini belum termasuk akibat rusaknya sejumlah perlatan vital termasuk kapal tanker dan alat-alat lainnya. Kami berharap situasi segera pulih dan perusahaan bisa kembali beraktivitas," kata Humas BP Migas I Gde Prayadna.

Terhentinya aktivitas pengeboran minyak terkait aksi unjukrasa yang dilakukan warga Desa Kolo Bawah Kecamatan Mamosalato di lokasi pengeboran sepanjang Sabtu-Senin (20-23/8/2011).

Aksi ini sempat diwarnai bentrok antara warga dengan aparat kepolisian. Akibatnya dua warga tewas yakni Marten Datu Adam dan Yusrifin dan melukai lima lainnya. Sebanyak 17 warga lainnya ditangkap dan saat ini ditahan di Markas Polda Sulteng.

Aksi unjuk rasa terkait tuntutan agar perusahaan memberi kompensasi dan melaksanakan program community developmemnt. Selama ini Tiaka, yang saat ini jadi lokasi pengeboran minyak, adalah lokasi penangkapan ikan nelayan setempat.

Di perairan sekitar Tiaka, seperti menjadi surga ikan bagi nelayan setempat. Lokasinya hanya sekitar 10 mil dari pesisir Kecamatan Mamosalato dan jenis ikan yang banyak di perairan ini termasuk ikan berkelas seperti kakap, kerapu, tuna, cakalang, lobster, dan lainnya.

Dulu, untuk bolak-balik dari Desa Kolo Bawah ke Tiaka, kami hanya butuh solar 40 liter dan ikan yang didapat bisa 100 kilo. Tapi sekarang kami tak bisa lagi mencari ikan disana karena sudah jadi lokasi pengeboran.

"Kami harus cari ikan ke perairan yang jauh misalnya ke Bungku, ibukota Kabupaten Morowali. Untuk kesana, kami butuh solar hingga 100 liter bolak-balik dan hasilnya paling banyak 50 kilo. Harusnya perusahaan paham soal ini mengingat di sebagian besar desa, warga berprofesi sebagai nelayan," jelas Kepala Desa Kolo Bawah Nasir Rahim.

Warga desa mengatakan, sejak beroperasi tahun 2005 lalu, JOB Pertamina-Medco belum pernah memberi kompensasi pada warga. Bahkan program community development juga tidak jalan. Terkait soal ini, I Gde Prayadna membantah.

"Soal tuntutan masyarakat, tidak betul jika dikatakan bahwa kami tidak pernah melakukan program pengembangan sosial ekonomi atau community development. Hanya saja mungkin program yang ada selama ini belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat hingga belum memuaskan semua pihak," kata Prayadna. 

 

 

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com