Percepatan penguasaan ini bertujuan menghindari kematian warga. Menurut situs Al Arabiya, sudah lebih dari 25.000 orang tewas sejak Februari, belum termasuk 1.300 orang yang tewas saat oposisi berupaya menguasai Libya, Sabtu lalu.
Di lapangan, keadaan jauh dari aman meski Dewan Transisi Nasional (NTC)—kubu oposisi—dikabarkan sudah menguasai 95 persen wilayah Libya. NTC juga sudah mulai memindahkan markas dari Benghazi ke Tripoli.
Pasukan Khadafy tetap melakukan perlawanan. Aksi baku tembak terjadi di Tripoli selatan dan di sejumlah tempat. Keberadaan Khadafy tetap belum bisa dipastikan walau sudah lari dari markasnya di Bab al-Aziziya, yang dihujani dengan 64 kali serangan pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Sejauh ini, NTC hanya bisa memperkirakan, Khadafy masih di Tripoli. ”Kami kira Khadafy mungkin berada di area Al-Hadhba al-Khadra,” kata seorang pejabat Libya, yang mengaku bernama Abdulrahman, kepada Reuters.
Lewat sebuah radio lokal, Khadafy menyerukan perlawanan hingga ”tikus-tikus”, julukannya kepada NTC, kalah total. Khadafy mengaku keluar dari Bab al-Aziziya sebagai sebuah taktik. Berbicara kepada sebuah radio lokal, Khadafy terus menyerukan perlawanan terhadap NATO dan meminta semua warga Afrika Utara yang satu suku dengannya, Bedouin, turut berjuang.
Juru bicara pemerintahan Libya di bawah Khadafy, Moussa Ibrahim, mengatakan, Khadafy siap melakukan perlawanan berbulan-bulan hingga bertahun-tahun serta mengubah Libya hingga mirip letusan gunung api, lava, dan bubungan api.
Pasukan Khadafy menangkap sejumlah pejabat tinggi Qatar dan Uni Emirat Arab (UEA) sebagai sandera. Kubu Khadafy mengatakan, NTC tidak akan pernah menemukan kedamaian di Tripoli.
Pasukan loyalis Khadafy sempat mengepung Hotel Rixos di Tripoli, tempat 35 wartawan asing tinggal dan sudah tertahan selama empat hari. Seorang reporter BBC yang berada di hotel itu menyatakan, para wartawan sempat putus asa. ”Kami melakukan apa saja yang membuat kami bisa berbicara dengan oposisi, yang belum mengontrol lokasi, dan kepada semua pihak yang mungkin bisa menolong.”
Wartawan AFP menyatakan, para wartawan sempat membayangkan hal mengerikan. Aliran listrik sempat diputus serta pasokan air dan pangan langka. Hotel dikepung loyalis Khadafy dengan senjata Kalashnikov. Namun, kini para wartawan tersebut sudah dilepas.