Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hukum Menanti Mubarak

Kompas.com - 07/08/2011, 01:54 WIB

Mubarak sendiri dalam beberapa wawancara dengan media mengatakan bahwa ketika dipanggil Sadat saat itu menduga akan ditunjuk sebagai menteri urusan penerbangan sipil atau Duta Besar Mesir untuk Inggris. Ia terkejut ketika tiba-tiba Sadat menyampaikan ditunjuk sebagai wapres.

Menurut Ghazali Harb, Mubarak juga bernasib mujur ketika ia selamat dari tembakan senjata kelompok Islamis radikal ke arah atas panggung upacara pada 6 Oktober 1981 yang menyebabkan tewasnya Sadat. Mubarak saat itu berhasil cepat menelungkup ke tanah sehingga terselamatkan dari berondongan peluru. Terselamatkannya Mubarak saat itu, membuka jalan ia menuju jabatan presiden.

Pakar politik dari kajian politik dan strategi Al Ahram, Amani Tawiel, mengatakan, proses pengadilan terhadap Mubarak harus dilakukan untuk memberi dampak positif secara psikologis atas rakyat Mesir. Menurut Tawiel, pengadilan terhadap Mubarak memberi pesan kepada rakyat Mesir tentang berakhirnya era tirani dan seorang mantan presiden diperlakukan seperti penduduk biasa di depan hukum.

Adapun salah seorang pengacara Mubarak, Abdul Razaq, membantah Mubarak melakukan pembunuhan terhadap para pengunjuk rasa. Menurut dia, jika Mubarak memerintahkan membunuh para pengunjuk rasa, yang tewas bisa mencapai 800.000 jiwa, bukan 800 orang.

Razaq mengatakan memiliki bukti-bukti yang tidak dapat mengadili Mubarak, atau proses pengadilan yang berjalan saat ini adalah ilegal.

Di antara bukti itu, kata Razaq, adalah hukum yang dikeluarkan Presiden Anwar Sadat pada tahun 1975. Hukum tersebut menegaskan bahwa semua komandan militer Mesir yang terlibat perang pada tahun 1973 bisa menyandang kepangkatan militernya sepanjang hidupnya. Maka, lanjut Razaq, Mubarak tidak bisa diadili oleh mahkamah sipil seperti yang terjadi sekarang ini.

Apa pun putusan hukum yang akan dijatuhkan kepada keluarga Mubarak, kasusnya kembali seperti mengulang sejarah. Para pemimpin diktator dunia, korup, sekaligus kejam, hampir selalu berujung dengan nasib yang menyedihkan. Sekali lagi, ini adalah peringatan kepada pemerintahan di mana pun di dunia agar selalu berhati-hati. Ganjaran atas semua perbuatan hanya menunggu waktu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com