Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belanda Tak Seindah yang Dibayangkan

Kompas.com - 04/08/2011, 12:19 WIB

Selain itu, diskriminasi, tuturnya, juga berasal dari prasangka bahwa orang asing itu tidak memiliki keterampilan pengetahuan sesuai dengan tingkat pengetahuan orang Belanda sendiri. Itulah gambaran yang dimiliki oleh orang Belanda.

"Ketika saya, misalnya, melihat ada vacature (lowongan) pekerjaan, dan kemudian saya melamar dengan nama asing saya, pemberi  pekerja juga akan melihat nama saya. Oh, ini orang asing. Kemudian, mereka sudah memiliki gambaran tertentu tentang orang asing."

Sama saja dengan di Indonesia. Kalau orang asing atau orang berkulit putih masuk ke Indonesia, orang Indonesia sudah memiliki gambaran bahwa orang asing itu lebih pintar dibandingkan dengan orang Indonesia sendiri. Karena itu, mereka lebih mudah diterima di Indonesia.

 

Kelompok migran Indonesia lebih memiliki fleksibilitas dari sisi psikologis. Dan, banyak di antara migran Indonesia yang memiliki pendidikan tinggi ternyata tidak dihargai sesuai dengan latar belakang pendidikan mereka. "Misalnya ada dokter gigi dari Indonesia yang bekerja di pabrik atau sarjana lain yang bekerja di tempat yang tidak membutuhkan tingkat pendidikan sama sekali. Itu, kan, juga membuat orang Indonesia frustrasi. Secara psikologis mereka tidak puas dengan kehidupan di sini dan menyebabkan relasi mereka dengan suami, anak, dan masyarakat Belanda sendiri menjadi negatif," tutur Dian, mantan dosen di Universitas Gadjah Mada tersebut.

Ada yang kemudian menerima. Namun, kalau lebih jauh diteliti, mereka juga frustrasi menghadapi blokade untuk bisa mendapat pekerjaan yang sesuai dengan tingkat pendidikan mereka. Jumlahnya sangat banyak.

Intinya, perempuan Indonesia tidak selalu bisa menerapkan keterampilan dan pendidikan mereka di Belanda. Namun, dibandingkan dengan migran perempuan Turki yang diteliti Dian, migran Indonesia memiliki paling tidak ijazah SMA yang lebih tinggi daripada orang Turki. Untuk soal adaptasi, orang Indonesia bisa lebih melakukan itu dibandingkan dengan migran Turki.

Perempuan migran Indonesia lebih mudah diterima dibandingkan dengan migran Turki. Hal ini karena ada pernikahan dengan orang asli Belanda sehingga ada interaksi yang lebih tinggi dengan masyarakat sekitar.

Untungnya, Andhira kini sudah mendapat pekerjaan lain yang sesuai dengan keahlian dan pendidikannya. Berat badannya tak perlu turun lagi karena frustrasi memikirkan nasibnya. Andhira merupakan salah satu yang beruntung. Namun, bagaimana migran lain yang tak seberuntung Andhira?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com