Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uni Eropa Kecam China

Kompas.com - 03/08/2011, 23:37 WIB

TAIPEI, KOMPAS.com - Akibat pembatasan ekspor mineral langka oleh Pemerintah China, Uni Eropa mengajukan protes keras.

China sebagaimana dilansir situs utama Taiwan, wantchinatimes.com, Rabu (3/8/2011), menguasai 97 persen cadangan mineral langka (rare earth minerals) yang digunakan sebagai bahan baku utama dalam industri telepon genggam dan pelbagai perangkat canggih dunia.

Badan Perdagangan Dunia (WTO) sudah meminta China mencabut pembatasan ekspor dan menyebutnya sebagai pelanggaran perdagangan internasional.

Juru bicara perdagangan Uni Eropa (UE) John Clancy menyatakan, kebijakan China sangat mengecewakan dan negara anggota UE mendesak Beijing untuk mempertimbangkan ulang pembatasan ekspor mineral langka agar dapat memasok kebutuhan industri UE.

China belum menentukan sikap jika UE mengadu kepada WTO hingga tenggat waktu permintaan UE tanggal 2 September 2011 dipenuhi. Beijing justru mengatakan, menambah jenis mineral langka yakni ferro-alloy dalam daftar pembatasan ekspor yang efektif diberlakukan semester kedua tahun 2011.

Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton secara terbuka meminta AS dan sekutunya untuk mengurangi ketergantungan atas impor mineral langka dari China.

"Tindakan China telah membangkitkan kesadaran untuk mencari pasokan alternatif mineral langka yang sangat dibutuhkan industri negara maju," kata Clinton.

Sebagai catatan, di kawasan Alaska telah ditemukan cadangan besar minyak, gas, logam mulia, dan mineral langka. Demikian pula contoh tanah di permukaan bulan yang dibawa astronot Apollo membuktikan bahwa di bulan terdapat banyak mineral langka yang selama ini menjadi salah satu komoditas strategis China.

Mineral langka adalah nama kolektif atas 17 jenis metal, seperti Lanthanum dan Gadolinium. Mineral langka memiliki kekuatan magnetis ataupun dapat meningkatkan kemampuan tahan panas mineral lainnya. Bahan ini lazim digunakan dalam segala jenis industri canggih sektor energi dan telekomunikasi. (wantchinatimes.com/Iwan Santosa)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com