Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kita Tunggu Penjelasan Murdoch

Kompas.com - 18/07/2011, 08:50 WIB

Taipan media Rupert Murdoch kini dihujat dan tertekan karena skandal peretasan telepon oleh media miliknya di Inggris: tabloid News of the World. Meski Murdoch sudah dua kali meminta maaf, Sabtu dan Minggu (17/7), ia belum pernah menjelaskan apa motif utama medianya melakukan peretasan telepon di berbagai strata sosial Inggris itu.

Penyadapan telepon demi mendapatkan berita, termasuk dengan menyogok polisi, dikecam karena menyalahi etika jurnalistik. Otoritas terkait Inggris, Amerika Serikat, negara tempat kantor imperium News Corporation Murdoch berada, dan Australia, negeri kelahiran Murdoch, mengecam karena penyadapan itu ilegal.

Murdoch tidak lagi dikagumi atau disegani politisi dan publik Inggris. Padahal, dia adalah aktor di balik panggung politik negeri itu meski dia adalah warga AS kelahiran Australia. Dia berpengaruh sejak era Perdana Menteri Margaret Thatcher hingga PM David Cameron karena kedekatan mereka. Medianya mendukung PM Tony Blair saat Inggris menginvasi Irak pada tahun 2003.

Bahkan, dalam 15 bulan terakhir, Cameron telah melakukan 26 kali pertemuan dengan pucuk pimpinan perusahaan Murdoch. Ini termasuk dengan pewaris bisnis media News Corp, James Murdoch, yang juga petinggi unit usaha News Corp Asia dan Eropa.

Citra baik dan relasi politik Murdoch yang terjaga dengan para petinggi beberapa negara, terutama di Inggris, selama ini luruh seketika. Pukulan pahit justru diterimanya di usia sepuh, empat bulan setelah hari ulang tahun ke-80, 11 Maret.

Mantan PM Inggris Gordon Brown, yang telah menjadi target, menyebut penyadapan itu ”tindakan menjijikkan”. Cameron, kawan dekat Murdoch, kini balik mengecam. Cameron telah membentuk komisi independen untuk menyikapi kasus yang disebutnya sebagai perbuatan ”tidak terpuji”.

Banyak pengguna situs jejaring sosial di Inggris mengecam pria kelahiran Melbourne, 11 Maret 1931, itu. Harian The Washington Post melaporkan, anggota Senat AS khawatir hal serupa terjadi di sana. Biro Investigasi Federal AS mulai menyelidiki kemungkinan yang sama terjadi di AS.

Penguasa dan oposisi Australia yang biasanya berseberangan dalam banyak hal kini bersatu ”melawan” Murdoch. Mereka menghadapi kemungkinan peretasan telepon oleh media milik Murdoch di negeri itu. Seperti halnya Senat AS, Partai Hijau Australia juga mengingatkan konsekuensi hukum jika News Corp terbukti telah melanggar kode etik profesi dan hukum formal negara.

Pertanyaannya, mengapa media Murdoch sampai melakukan tindakan ”tidak terpuji” dan ”menjijikkan”, sesuatu yang jelas-jelas menyalahi etika jurnalistik dan melanggar hukum (ilegal) itu? Sudahkah Murdoch menghitung akibatnya karena kini satu per satu eksekutifnya ditangkap polisi Inggris atau mundur dari jabatan top manajerial, meninggalkannya?

Andy Coulson, mantan direktur komunikasi kantor PM Cameron dan mantan editor tabloid News of the World, ditangkap polisi. Rebekah Brooks, Jumat (15/7), mundur dari jabatan Direktur Eksekutif News International yang mengelola tabloid News of the World. Dia adalah editor saat tabloid itu meretas telepon terkait kematian gadis cilik, Milly Dowler (13), korban kejahatan, Maret 2002. Setelah itu, Brooks pernah menjadi editor The Sun.

Sudahkah pula Murdoch mengantisipasi hal-hal buruk lainnya, yang membuat News Corp batal mengakuisisi televisi berbayar terbesar Inggris, British Sky Broadcasting (BSkyB)? Pasar sahamnya juga anjlok. Iklim usaha Murdoch kini semakin buruk. News Corp bahkan berniat menjual beberapa media lain miliknya di Inggris, seperti The Sun dan The Sunday Times.

Tetap ada pertanyaan yang menggantung, mengapa Murdoch sampai melakukan kesalahan? Mungkinkah Murdoch tidak tahu perkembangan medianya, sampai ada praktik ilegal demi mendapatkan berita, ataukah malah dia sendiri yang mengatur semuanya itu?

Kini, para sahabat telah menjadi lawan. Murdoch benar-benar ditekan dan tertekan. Bersama anaknya, James, dan Rebekah Brooks, Murdoch harus mempertanggungjawabkan skandalnya di Parlemen Inggris, Selasa besok.

Michael Wolff, salah seorang penulis biografi Murdoch, mengatakan juga bingung, ”Mengapa dia (Murdoch) sampai melakukan hal itu?” seperti dimuat The Independent. Wolff sendiri tidak bisa menjawabnya sekalipun dia adalah orang paling dekat dengan Murdoch dibandingkan dua penulis lain, seperti Harry Evans atau Andrew Neil.

Wolff bahkan mengatakan, Murdoch sendiri pun akan bingung menjawab jika kepadanya ditanyakan tentang hal itu. Murdoch tidak pernah mengerti dirinya sekalipun tentang masa lalunya sendiri. Fokus energi Murdoch ”hanya” bagaimana membangun bisnisnya.

Hal serupa diungkap David Carr dalam tulisannya, ”Plowing Through the Door” di The New York Times. Murdoch ”cenderung membuat kekacauan”, Carr mengutip Wolff. Apa motif utama peretasan, kita tunggu jawaban Murdoch, Selasa besok di Parlemen Inggris. Motif politik, ekonomi, ataukah motif sosial lainnya? (PASCAL S BIN SAJU)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com