Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sensus Sapi Basis Swasembada

Kompas.com - 14/06/2011, 03:23 WIB

BANDUNG, KOMPAS - Badan Pusat Statistik tengah merampungkan sensus sapi sebagai dasar rencana pemerintah mencanangkan swasembada sapi pada 2014. Saat ini, data yang terkumpul sudah setengahnya. Hasil sensus akan digunakan untuk data perencanaan swasembada daging sapi pada 2014.

Hal tersebut diutarakan Kepala BPS Rusman Heriawan di Bandung saat peresmian Gedung BPS Jawa Barat, Senin (13/6). Sensus sapi baru pertama kalinya dilakukan di Indonesia meski sebetulnya data mengenai peternakan sudah dimiliki, tetapi diakui oleh Rusman, datanya kebanyakan masih berupa laporan dari petani.

”Kami ingin data yang lebih riil. Tidak sekadar bertanya ke responden, kami juga akan turun ke lapangan untuk memeriksa,” ujar Rusman.

Sensus ini didanai dari anggaran Kementerian Pertanian untuk rencana swasembada sapi pada 2014. Diharapkan datanya sudah siap pada akhir Juli sehingga segera disusun program dan dijalankan pada awal 2012. Sapi sebetulnya termasuk dalam kategori yang disensus BPS pada Sensus Pertanian pada 2013, tetapi pilihan itu tidak diambil karena keterbatasan waktu.

Dari hasil sementara, diketahui bahwa potensi pengembangbiakan sapi masih didominasi Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat yang memiliki padang rumput yang luas. Pemetaan semacam itu akan dilaporkan kepada Kementerian Pertanian untuk selanjutnya dibuat program.

Sementara itu, menurut pantauan Kompas di Pasar Induk Gedebage Bandung, para pedagang masih menjual harga daging sapi pada kisaran Rp 56.000-Rp 58.000 per kilogram dan belum berubah sejak beberapa minggu terakhir. Penghentian impor sapi dari Australia tidak terlalu memengaruhi harga jual.

Dari Denpasar, harga daging sapi di Bali masih stabil di harga Rp 50.000 per kilogram. Larangan ekspor sapi ke Indonesia oleh Australia tidak berpengaruh di Bali karena Bali tidak membeli, tetapi justru mengirim sapi ke daerah lain.

Nyoman Jelih (45), pedagang daging sapi di Pasar Badung, mengatakan, harga tidak berubah sejak beberapa bulan yang lalu. ”Saya yakin juga tidak ada kenaikan harga karena kami hanya jual sapi bali,” katanya.

Di Madiun, kebijakan Pemerintah Australia yang menghentikan ekspor sapi ke Indonesia belum dirasakan dampaknya oleh pedagang daging.

Hingga Senin, kalangan pedagang mengatakan bahwa harga daging tetap stabil.

Pengurus Forum Peternak Sapi Indonesia (FPSI) Nasyiruddin mengatakan, tanpa sapi impor pun, kebutuhan Jawa Timur akan daging sapi cukup.

Sementara itu, menghadapi penghentian pasokan sapi bakalan oleh Pemerintah Australia, Kementerian Perdagangan tengah menjajaki pemasok lain. Impor tambahan dari negara lain diperlukan jika pasokan dalam negeri tidak mencukupi.

”Beberapa hari ini kami mulai menjajaki pemasok lain selain Australia. Tujuannya, untuk antisipasi jika pasokan dalam negeri tidak mencukupi. Fokus utamanya adalah peningkatan produksi sapi di dalam negeri,” kata Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu. (DEN/MKN/ELD/ETA/ SIR/NIK/ENY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com