KOMPAS.com - Perang melawan rezim Moammar Khadafy belumlah usai. Kelompok oposisi makin gencar menghantam kubu Khadafy. Segala macam artileri berat bertabur dalam perang itu.
Ternyata, salah satu pintu masuk pasokan senjata perlawanan adalah Tunisia. Sebagaimana warta AP dan AFP pada Senin (13/6/2011), penyelundup membawa senjata AK 47 dan granat dalam jumlah kecil ke Libya. "Tapi, mereka sering mondar-mandir membawa senjata-senjata itu," kata sumber di Tunisia.
Sementara itu, tentara yang setia pada Khadafy sudah masuk ke perbatasan negara itu dengan Tunisia. Alhasil, pertempuran sering terjadi di kawasan tersebut.
Kendati demikian, saat ini, pemerintah Tunisia tengah goncang. Hal itu membawa akibat melemahnya dukungan terhadap kelompok oposisi Libya. Pasokan senjata dan mesin perang untuk kelompok oposisi pun mulai berkurang.
Tak cuma itu, petugas perbatasan Tunisia sudah diinstruksikan untuk menggeladah setiap mobil yang menyeberang ke Libya. Namun, masyarakat Libya di luar negeri membiayai pembelian sejumlah senjata kecil untuk diselundupkan ke daerah barat Libya, kata seorang penyelundup yang tidak mau disebut namanya. Dia mengatakan sejumlah rakyat Tunisia bersimpati terhadap perjuangan oposisi Libya sehingga mereka mau membantu proses penyelundupan.
Seorang komandan oposisi di Libya mengatakan pasukannya telah menyimpan daftar nomor serial senjata dan tentara oposisi yang memilikinya. Pendataan ini dilakukan supaya senjata bisa dikembalikan ketika perang usai. Komandan Ahbeel Dody menyerukan kepada pakta pertahanan NATO untuk mengirim lebih banyak senjata dengan jenis yang lebih berat lewat Tunisia secara resmi.