Damaskus, Jumat -
Korban tewas akibat kekerasan senjata sebelumnya sudah lebih dari 850 orang. Associated Press merilis, 7 tewas di Homs, 1 di Sanamein, wilayah Daraa, dan 1 lagi tewas di Daraya di pinggiran Damaskus.
Aksi protes terbaru juga pecah di kota pantai, Banias. Ratusan pria, wanita, dan anak-anak juga berpawai di jalan-jalan seusai shalat Jumat. Banyak pria bahkan telanjang dada untuk meyakinkan aparat bahwa mereka tidak memakai senjata seperti yang dituding oleh rezim dalam aksi-aksi sebelumnya.
Meski demikian, pasukan keamanan rezim Suriah juga mengambil tindakan tegas dalam menghalau aksi massa. Belum ada laporan yang rinci tentang jatuhnya korban di kalangan massa pengunjung rasa.
Di Ain Arab, daerah yang didominasi suku Kurdi, di dekat Aleppo, kota terbesar kedua di Suriah yang terletak di utara, ratusan warga turun ke jalan sambil berteriak, ”Tidak untuk kekerasan, ya untuk dialog” dan ”Kami bukan kaum Muslim atau Salafi, kami membutuhkan kemerdekaan,” kata Radif Mustapha, Ketua Kelompok HAM Kurdi, melalui pengeras suara.
Hassan Berro, seorang aktivis, mengatakan, aksi protes juga berlangsung di beberapa kota dan desa di timur laut negara itu, termasuk Qamishli, Amuda, dan Derbasiyeh. Laporan itu tidak dapat diverifikasi secara independen karena wartawan asing dicegah bepergian, bentuk represi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Aksi protes massa Suriah sudah berlangsung selama dua bulan menuntut pergantian rezim Presiden Bashar al-Assad. Aksi sempat jeda beberapa hari. Pada Rabu kelompok HAM Suriah menyerukan mogok massal, tetapi tidak dihiraukan publik. Baru pada Jumat massa kembali menggelar aksinya.
Selama dua bulan protes itu, sudah lebih dari 850 orang tewas. Al Assad, Rabu, sempat mengeluarkan pengakuan langka, kekerasan senjata yang menyebabkan banyak korban tewas itu adalah akibat kesalahan aparat keamanan, terutama polisi.
Presiden AS Barack Obama dalam pidato tentang Timur Tengah, Kamis, mendesak Al Assad memimpin transisi politik atau turun. ”Presiden Assad kini memiliki pilihan,” katanya. Harian milik Pemerintah Suriah, Al Thawra, justru mengkritik Obama. Pidato Obama mengenai Suriah dinilai sebagai bentuk kecongkakan atas negara berdaulat