Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rp 213 Miliar untuk Informan Osama Utuh

Kompas.com - 20/05/2011, 12:49 WIB

WASHINGTON, KOMPAS.com — Pemerintah Amerika Serikat tidak akan menyerahkan uang sebesar 25 juta dollar AS (Rp 213 miliar) yang dijanjikan untuk pemberi informasi soal keberadaan Osama bin Laden. Alasannya, penyerbuan yang menewaskan pemimpin Al Qaeda di Pakistan pada 2 Mei lalu itu merupakan hasil kerja intelijen elektronik, bukan dari informasi seseorang.

"Kami memperkirakan hadiah itu tidak akan dibayarkan," ujar seorang pejabat AS yang berurusan dengan perburuan Osama, seperti dikutip ABCnews.com, Kamis (19/5/2011). Seperti diketahui, Pemerintah AS melalui program Rewards for Justice menyiapkan hadiah sebesar 25 juta dollar AS bagi pemberi informasi soal keberadaan Osama. Hadiah itu ditawarkan pascaserangan 11 September terhadap gedung kembar World Trade Center, New York.

Alasan utuhnya hadiah itu sederhana saja. Tidak pernah ada anggota Al Qaeda yang mau menjadi informan bagi CIA maupun militer AS. Sebaliknya, yang "mengungkap" buron nomor satu AS itu adalah alat elektronik dan kesalahan orang terdekatnya.

Setelah bertahun-tahun info soal Osama sangat minim, pihak intelijen AS dibanjiri berbagai petunjuk sejak pertengahan tahun lalu. Berbekal data tersebut, AS mengirim tim Navy SEAL untuk menyergap rumah persembunyian Osama di Abbottabad di Pakistan awal Mei lalu.

Pada perburuan sebelumnya, misalnya otak serangan 11 September Khalid Sheik Mohammed dan mantan presiden Irak Saddam Hussein, intelijen dan militer AS mendapat petunjuk dari seseorang. Si pemberi petunjuk kemudian mendapat ganjaran jutaan dollar AS.

Jalan panjang dan berliku untuk mendapatkan petunjuk tentang Osama didapat dari pengawasan melalui satelit, pesawat mata-mata tanpa awak, penyadapan telepon, serta nasib baik. CIA yang menolak mengungkap secara spesifik metoda intelijen terkait Osama hanya menyatakan, kecanggihan teknologi CIA, Badan Keamanan Nasional, dan Departemen Keamanan yang berhasil menemukan Osama.

Osama bisa aman meskipun hampir sepuluh tahun diburu menjadi hasil keterbatasan kekuatan dan intelijen AS, yakni kemampuan merekrut orang dalam Al Qaeda yang mendukung jaringannya di Pakistan. Sementara kematiannya merupakan hasil keunggulan luar biasa kemampuan teknologi AS.

Menurut Marty Martin, pejabat tinggi CIA yang memimpin berburuan Osama dari tahun 2002 hingga 2004 mengakui jejak Osama hilang sejak pertengahan 2009. Saat itu CIA tidak memiliki bukti apapun soal tempat persembunyian Osama setelah dia lolos dari serangan udara militer AS di pegunungan Tora Bora.

"Kami bisa melihat dari video bagaimana situasinya," kata Martin menyinggung pesan-pesan melalui video yang dirilis setelah peristiwa Tora Bora.

"Dalam beberapa tahun setelah itu, dia terlihat melawan kelelahan dan terus dalam pelarian. Dia tampak tidak sehat. Kami tahu dia terus bergerak. Tetapi ke mana? Kami sama sekali tidak tahu. Lalu dia terlihat tambah gemuk dan lebih sehat. Saya bilang ke rekan-rekan, 'dia tinggal di kota, pindah ke tempat yang stabil dan aman," ungkap Martin.

Jangankan mendapat mendapatkan mata-mata dari orang-orang di lingkaran dalam Osama, untuk mengorek informasi dari pengikut dan simpatisan Al Qaedah pun sangat sulit karena mereka sangat setia. CIA pun berusaha memonitor orang-orang yang memfasilitasi komunikasi dan operasi bagi Al Qaeda sembari mengorek informasi sebanyak mungkin dari tahanan.   

Namun pada 2009, CIA mendapat hadiah istimewa dari ISI, badan intelijen Pakistan. Sebuah nomor telepon yang didapat saat mereka menyadap hubungan telepon dari Pakistan ke sebuah negara di Timur Tengah. Nomor telepon itu milik Abu Ahmed al Kuwaiti, kurir Al Qaeda yang selama itu dicari CIA.

Dari nomor telepon itulah jejak al Kuwaiti terlacak. Sebenarnya kurir kepercayaan Osama itu sangat hati-hati. Biasanya dia meninggalkan suatu tempat tanpa memasang baterai ponselnya agar intelijen tidak bisa menangkap sinyalnya. Dengan demikian titik keberangkatannya tak bisa ditandai. Baterai itu baru dipasang setelah 90 menit berkendara.

Hingga Agustus 2010, al Kuawiti tak terlacak. Namun dia membuat kesalahan. Setelah satu tahun, dia menggunakan kartu telepon yang sudah dilacak intelijen AS. Dengan nomor itu dia menelepon tak jauh dari rumah persembunyian Osama di Abbottabad.

Sejak itulah intelijen AS mengerahkan segenap kecanggihan teknologi yang mereka miliki hingga berhasil menemukan rumah di Abbottabad, Pakistan, yang ditinggali Osama.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com