AGNES ARISTIARINI
I think it's fair to say that personal computers have become the most empowering tool we've ever
Setelah Osama bin Laden tewas, kini giliran Amerika Serikat menangani para teroris dunia maya. Sepekan terakhir, Gedung Putih mengajukan rancangan undang-undang (RUU) perlindungan dunia maya untuk melindungi negara dari serangan peretas: baik yang sekadar usil, kriminal, maupun mata-mata. Inilah para teroris tanpa bom yang bisa mengunduh data, memicu keonaran, dan mencuri uang hingga jutaan dollar dari komputer, di mana pun mereka berada.
Dengan RUU itu, Department of Homeland Security mendapat mandat untuk membangun sendiri suatu sistem pengaman jaringan.
Pemerintah AS memang pantas risau karena, seperti dikutip BBC, jaringan milik pemerintah dan perusahaan swasta di negeri itu mendapat serangan jutaan kali setiap hari. Bandingkan dengan Indonesia yang masih ratusan situs per hari. Berbagai informasi diplomatik tingkat tinggi yang dibocorkan
Peretas tumbuh seiring dengan perkembangan komputer awal 1960-an. Panggung awal para peretas adalah komputer
Kata peretas sendiri sebenarnya netral karena mendeskripsikan suatu keahlian di bidang komputer. Namun, orang kemudian membedakan antara peretas baik yang disebut
Penangkapan pertama peretas terkait dengan kejahatan berlangsung pada 1983. Biro Investigasi Federal AS (FBI) menangkap enam remaja dari Milwaukee. Dikenal dengan sebutan ”414”—kode area—mereka membongkar 60 jaringan komputer dari Memorial Sloan-Kettering Cancer Center sampai Los Alamos National Laboratory.
Ada pula Kevin Mitnick yang pernah mendekam di penjara federal sampai hampir lima tahun karena dinyatakan bersalah menyerang sistem komputer sejumlah perusahaan teknologi dan menyalahgunakan akses telepon seluler.
Makin ke sini, para peretas jahat memang makin beraneka. Akhir Maret lalu Igor Blinnikov dihukum 18 bulan penjara oleh Pengadilan Moskwa karena mengganti iklan elektronik pada monitor raksasa di tengah kota Moskwa dengan tayangan video porno sehingga memacetkan lalu lintas.
Suatu serangan fenomenal terjadi pertengahan 2010 yang dikenal sebagai Stuxnet. Virus ini sempat menginfeksi pembangkit listrik tenaga nuklir Iran sampai Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad menyelenggarakan konferensi pers untuk menjelaskan apa yang terjadi. ”Virus Stuxnet telah menimbulkan masalah pada beberapa mesin pemisah,” kata Ahmadinejad.
Studi oleh perusahaan AS Symnatex menunjukkan, negara-negara yang terkena dampak utama serangan 6 Agustus itu adalah Iran dengan 62.867 komputer terinfeksi, Indonesia (13.336), India (6.552), Amerika Serikat (2.913), Australia (2.436), Inggris (1.038), Malaysia (1.013), dan Pakistan (993). Angka ini terus berubah seiring penyebarannya. Para ahli menyimpulkan, banyaknya negara yang terserang menunjukkan bahwa serangan ini dilakukan oleh suatu negara maju, bukan sekadar kelompok peretas.
Serangan lain dilakukan anggota kelompok Anonymous pada akhir 2010 terhadap jaringan penjual buku
Serangan dunia maya memanfaatkan keterbatasan setiap sistem operasi, aplikasi, dan jaringan. Karena itu, upaya penyempurnaan dan pengamanan sistem informasi menjadi keharusan. Dalam hal ini, banyak perusahaan memanfaatkan para peretas, baik untuk menguji maupun meningkatkan level keamanan ini.
Beberapa situs di internet membahas cara mengeksploitasi kekurangan peranti lunak ini dan kemudian bersama-sama mencari jalan keluar. Namun, karena internet komunitas terbuka, informasi yang sama juga bisa dimanfaatkan oleh peretas jahat untuk kepentingannya. Karena itu, setiap situs memang perlu memiliki programer andal untuk mengamankan jaringan, sekaligus memerangi para teroris dunia maya.
Selain mengandalkan keamanan sistem, apa boleh buat, para pengguna jaringan informasi perlu mengamankan diri sendiri. Kartu debit, sebagai contoh, wajib diubah nomor identifikasinya (PIN) secara teratur. Apabila hendak bertransaksi keuangan lewat internet, sebaiknya juga menggunakan komputer pribadi, bukan komputer umum.
Seperti kata Bill Gates, pendiri perusahaan peranti lunak Microsoft, mau menang atau kalah kuncinya kita sendiri: komputer hanyalah sarana.