Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perompak Somalia: Uang "OK", Tempe "No"

Kompas.com - 09/05/2011, 05:24 WIB

Christian Tande, Mualim II MV Sinar Kudus, berjalan melenggang keluar dari ruang pertemuan Hotel Sheraton Bandara, Sabtu (7/5) malam. Dia tidak perlu menunggu bagasi yang masih dalam perjalanan dari Terminal II Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banten. ”Saya tidak bawa bagasi sama sekali. Semua barang saya habis dirampas perompak Somalia,” kata Christian.

Masbukhin, Mualim I, masih sempat menyelamatkan dua bajunya. Baju itu dibawa pulang untuk kenang-kenangan. ”Nyaris tidak ada yang tersisa. Bahkan kaus putih saya yang ada tulisan ’Singapore’ dipakai salah seorang perompak yang tewas ditembak pasukan TNI saat mencoba menyandera kami lagi,” kata Masbukhin.

Selain kebahagiaan dalam suasana haru, cerita tentang pengalaman para anak buah kapal (ABK) MV Sinar Kudus ketika disandera perompak Somalia mewarnai pertemuan 20 ABK dengan keluarga mereka. Penyanderaan selama 46 hari itu memang menegangkan. Selain setiap hari dibentak-bentak oleh para perompak dan diancam akan ditembak, mereka juga kerap menyaksikan perkelahian antarperompak.

”Setiap kali bertengkar, mereka adu jotos. Bahkan pemimpin mereka, Muhammad Sala, juga babak belur ditonjok anak buahnya,” papar Masbukhin yang baru tiba di rumahnya di Kediri, Jawa Timur, Minggu.

Ketika para perompak naik ke kapal mereka, tidak satu barang pun milik ABK—terutama barang-barang di kamar atas, kamar para pemimpin kapal—bisa diselamatkan. Semua benda, seperti jam, dompet, telepon seluler, pakaian, dan pisau cukur, dirampas perompak. Persediaan makanan di dapur juga dirampas. Yang dirampas terutama makanan yang mereka kenal, seperti susu dan telur. Para perompak tidak tertarik dengan makanan asli Indonesia, seperti tempe dan terasi.

Kemudian, para ABK tidak boleh lagi menempati kamar. Mereka harus tidur di anjungan dan hanya makan satu kali sehari. Dengan kondisi seperti itu, mereka tetap harus bekerja seperti biasa. Bahkan Sugianto (46), Kepala Kamar Mesin, tidak boleh keluar dari ruang mesin. Dia bersama dua anak buahnya diperintah perompak untuk memperbaiki mesin-mesin kapal perompak yang rusak.

”Selama dibajak, dia tidak pernah melihat matahari. Lihat saja, wajahnya sampai putih pucat. Dari bangun pagi sampai malam hari disuruh bubut piston kapal perompak. Lembur terus, tetapi tidak ada uangnya,” ujar Masbukhin sambil menunjuk Sugianto.

Awal pembajakan terjadi ketika MV Sinar Kudus melintas di Laut Arab pada 16 Maret 2011 menuju Eropa. Perjalanan melintas Laut Arab memang sudah beberapa kali mereka lakukan dan selama ini tidak pernah ada masalah. Sebenarnya mereka juga mengetahui adanya perompak Somalia yang menghadang tanker-tanker yang melintas di Laut Arab. Selama ini sasaran perompak Somalia memang tanker yang membawa bahan bakar mentah dan gas cair. Sementara MV Sinar Kudus membawa kargo berisi bijih nikel.

”Waktu itu kami melihat ada dua speedboat berisi enam orang yang menghadang kami. Kami sudah mencoba mengelak dengan berbelok, tetapi mereka cepat sekali mengejar. Kecepatan kami hanya 11-12 knot, sedangkan mereka 30 knot. Jadi, kami langsung terkejar,” tutur Masbukhin.

Jumlah perompak yang hanya enam orang sepertinya hanya sedikit. Akan tetapi, mereka menggunakan rocket-propelled grenade (peluncur roket) untuk menembak MV Sinar Kudus. ”Peluru itu datang dari arah kiri, lalu melintas ke kanan. Kalau jatuhnya di buritan, apa kapal tidak langsung tenggelam,” lanjutnya.

Akhirnya, setelah Sinar Kudus dikuasai keenam perompak yang mampu memanjat kapal hanya dalam hitungan detik itu, mereka langsung memanggil teman-teman mereka. Yang berkumpul di kapal mencapai 60 orang. Mereka sempat menjadikan MV Sinar Kudus sebagai kapal induk untuk merampok kapal lain yang melintas. Namun, mereka memutuskan untuk meminta uang tebusan setelah mengetahui nilai kargo yang dibawa MV Sinar Kudus, yakni Rp 1,6 triliun.

Mengenai uang tebusan, jumlahnya belum diketahui secara pasti. Masbukhin menolak menyebutkannya dengan alasan masih ada 27 orang Indonesia yang disandera di 11 kapal lain. ”Saya takut nilai ini menjadi patokan buat mereka untuk meminta uang tebusan,” katanya.

Meski demikian, Masbukhin sempat menyebutkan, MV Irene milik Yunani yang juga disandera akhirnya dibebaskan setelah membayar uang tebusan 13 juta dollar AS atau Rp 110 miliar. Nakhoda MV Sinar Kudus Slamet Djuhari mengatakan, uang tebusan mencapai 3 juta dollar AS atau Rp 25,5 miliar. Adapun Sugianto mengatakan, uang tebusannya sebesar Rp 39 miliar.

Saat ini di Laut Arab masih ada 11 kapal yang disandera perompak Somalia. Salah satunya adalah MV Gemini milik Singapura. Di kapal itu ada 13 warga negara Indonesia (WNI), sedangkan di 10 kapal lain terdapat 14 WNI.

Kini pengalaman disandera perompak tinggal kenangan. Sekarang semua ABK telah berkumpul kembali dengan keluarga mereka. Sahid Al Fatah (32), juru masak utama di MV Sinar Kudus, kini sudah merasakan semur jengkol kesukaannya bersama istrinya, Neni Setiati, dan kedua putrinya. Sebagian besar ABK itu mengaku belum tahu apakah mereka trauma untuk berlayar melintas di Laut Arab lagi. ”Lihat nanti saja, sekarang saya mau libur dulu,” kata Slamet Djuhari.

Kepulangan ABK di rumah masing-masing disambut gembira oleh keluarga.

(NIK/PIN/NDY/EGI/ARN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com