Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

NATO Gagal, Oposisi Kecewa

Kompas.com - 07/04/2011, 07:16 WIB

BENGHAZI, KOMPAS.com — Oposisi Libya untuk pertama kali, Selasa (5/4/2011) malam, menyampaikan rasa kecewa mereka secara terbuka terhadap aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara. Oposisi marah dan menuding aliansi gagal melindungi warga dari aksi kejam Moammar Khadafy.

Perasaan kesal dan marah diungkapkan komandan pasukan oposisi, Abdel Fatah Younis, menyusul banyaknya insiden yang membuat oposisi terdesak loyalis Khadafy akhir-akhir ini, di antaranya saat terjebak di Misrata, Selasa hingga Rabu, terkepung serangan kubu loyalis.

Menurut oposisi, tembakan artileri, roket, dan bom dari loyalis menyasar ke permukiman penduduk. Diduga kuat warga sipil menjadi korban dalam serangan yang disebut oposisi sebagai ”pembantaian” oleh Khadafy.

Pertempuran sengit terjadi dan pasukan loyalis yang geram terhadap oposisi menembak membabi buta. Tak hanya menghancurkan kekuatan militer oposisi, tetapi juga menyasar permukiman padat penduduk. Nasser, oposan di Misrata, mengatakan, dua orang tewas dan 26 terluka.

NATO jadi masalah

Younis mengatakan, pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) ”tidak berbuat apa-apa” sekalipun PBB mengizinkan mereka bertindak.

”NATO melindungi kami, tetapi dengan pengeboman di sana-sini warga Misrata mati setiap hari. NATO mengecewakan kami,” katanya.

Menurut Younis, loyalis Khadafy telah membombardir Misrata. Pada saat yang sama, NATO juga membombardir di banyak tempat di Misrata untuk menghalau pasukan pro-Khadafy. Aksi itu sekaligus meningkatkan rasa khawatir akan makin banyaknya korban sipil tidak saja oleh Khadafy, tetapi bisa juga oleh NATO.

”Jika NATO ingin mematahkan blokade kota, mereka seharusnya melakukannya beberapa hari lalu. Setiap hari warga sipil—orang tua dan anak-anak— sekarat di Misrata. NATO tidak melakukan apa-apa,” ungkap Younis dengan nada tinggi. ”NATO telah menjadi masalah.”

Menurut dia, reaksi NATO lamban dan birokratis. ”Seorang pejabat menghubungi pejabat lain, lalu dari yang lain menghubungi lagi komandan NATO. Dari komandan NATO barulah ke komandan lapangan. Semuanya butuh waktu delapan jam,” kata mantan Menteri Dalam Negeri Libya yang membelot ke oposisi itu. ”Misrata menjadi sasaran aksi pemusnahan.”

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com