Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyemprotan Jadi Pilihan Utama

Kompas.com - 29/03/2011, 15:25 WIB

OSAKA, KOMPAS.com — Jepang tidak mempunyai pilihan lain selain tetap menyemprotkan air ke reaktor di PLTN Fukushima untuk membatasi kehancuran yang lebih besar meski dikhawatirkan hal itu dapat memicu kebocoran radioaktif. ”Kami harus mencegah batang bahan bakar panas dan mengering, melanjutkan pendinginan adalah hal yang tidak dapat dihindarkan. Kami harus memprioritaskan penyemprotan air,” kata Kepala Sekretaris Kabinet Yukio Edano kepada wartawan. Pemadam kebakaran dan tentara terus menyiramkan air laut dan menyemprotkan air murni ke empat dari enam reaktor di pembangkit listrik tenaga nuklir tersebut setelah gempa bermagnitud 9,0 dan tsunami pada 11 Maret merusak sistem pendingin.   Namun, sebagai konsekuensi dari tindakan darurat itu, sejak Kamis air dengan kandungan radioaktif ditemukan di ruang bawah tanah di bangunan turbin keempat reaktor dan di terowongan bawah tanah yang terhubung dengan reaktor-reaktor tersebut. Air ditemukan di terowongan yang terhubung dengan reaktor nomor 2 menunjukkan kadar radiasi mencapai lebih dari 1.000 milisievert per jam dan mengandung air yang sama banyaknya dengan muatan air lebih dari dua kolam renang olimpiade. Plutonium yang juga terdeteksi di tanah di lima tempat di PLTN itu juga menambah kekhawatiran. ”Kami melakukan usaha maksimal untuk tetap menjaga batang bahan bakar memanas sambil berusaha untuk menggunakan air sedikit mungkin,” kata Edano.

”Namun, pada dasarnya kami menghadapi situasi yang mengharuskan untuk memindahkan air secepat mungkin,” ujarnya. Pekerja mulai menghilangkan air dari gedung turbin reaktor nomor  1 dengan menggunakan kondensator pada Kamis. Namun, usaha untuk mengambil air yang berada di reaktor nomor 2 dan nomor 3 terganjal fakta bahwa mesin kondensator mereka nyaris meluap.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com