Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jepang Minta Bantuan

Kompas.com - 29/03/2011, 04:08 WIB

Air radioaktif, yang diduga berasal dari kebocoran lapisan pelindung inti reaktor, itu dikhawatirkan akan meluap dan mencemari tanah, air tanah, dan air laut. Jejak kontaminasi air laut perairan Samudra Pasifik sudah meluas hingga jarak 1,6 kilometer sebelah utara PLTN Fukushima Daiichi.

Juru bicara Badan Keselamatan Industri dan Nuklir Jepang (NISA), Hidehiko Nishiyama, mengatakan, materi radioaktif iodin-131 telah ditemukan dalam kadar 1.150 kali lipat di atas batas normal di wilayah lepas pantai dekat reaktor Unit 5 dan 6 PLTN tersebut.

Meragukan pemerintah

Berlarut-larutnya penanganan krisis di Fukushima membuat rakyat Jepang mulai jengkel terhadap pemerintah mereka. Jajak pendapat yang digelar kantor berita Kyodo hari Minggu menunjukkan hampir 60 persen responden tidak setuju dengan cara pemerintah menangani krisis nuklir ini. Sekitar dua pertiga responden juga menganggap Perdana Menteri Naoto Kan tidak menjalankan tugasnya sebagai pemimpin.

”Ada perbedaan antara apa yang ditulis di koran-koran dan apa yang disampaikan pemerintah. Saya ingin pemerintah lebih jujur,” tutur Mitsuharu Watanobe, salah seorang korban gempa yang mengungsi ke tempat penampungan di kota Fukushima.

”Kecelakaan nuklir ini perlu ditangani sebagai ancaman terhadap keamanan nasional, bukan sekadar masalah bagi Tepco, dan perlu ditangani sesegera mungkin,” kata Toshiro Muto, mantan Deputi Gubernur Bank Sentral Jepang, yang kini menjadi Ketua Daiwa Institute of Research.

Najmedin Meshkati, peneliti di University of Southern California, berpendapat, krisis di Fukushima sudah tak mungkin ditangani sendiri oleh Jepang.

”Masalah ini perlu dibawa ke Dewan Keamanan PBB. Menurut hemat saya, ini lebih penting daripada zona larangan terbang di Libya,” ungkap Meshkati.

(AP/Reuters/AFP/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com